Jumat 12 Jun 2020 05:01 WIB
Edisi Syawal

Amr bin al-Jamuh, Seorang Pincang yang Bertekad Syahid

Salah satu sahabat Rasulullah SAW yang dijamin masuk surga adalah Amr bin al-Jamuh.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Amr bin al-Jamuh, Seorang Pincang yang Bertekad Syahid. Sahabat Nabi (Ilustrasi)
Foto:

Amr bin Al-Jamuh lantas datang menghadap Rasulullah sembari berkata, "Wahai Rasulullah, anak-anak saya ingin menahan saya dari peperangan ini. Mereka menahan agar tidak ikut pergi bersamamu. Demi Allah, saya ingin melangkah dengan kepincangan saya ini di dalam surga."

Rasulullah SAW berkata, "Allah telah memaafkanmu, engkau tidak diwajibkan berjihad." Rasulullah juga berkata kepada anak-anaknya, "Kamu tidak boleh menahannya, semoga Allah memberikan syahid kepadanya."

Namun, karena tekadnya, Rasulullah SAW kemudian mengizinkannya ikut serta dalam perang Uhud. Ia kemudian pergi menghadap kiblat sambil mengucapkan, "Ya Allah, jangan kembalikan aku kepada keluargaku dalam keadaan sia-sia." Ia lalu gugur sebagai syahid.

Dalam riwayat lain disebutkan, Amr bin Al-Jamuh datang menghadap Rasulullah SAW seraya berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku berperang fi sabilillah hingga aku terbunuh. Apakah di dalam surga aku akan berjalan dengan kaki yang tidak cacat?" Rasulullah menjawab, "Ya." Ia selanjutnya gugur sebagai syahid pada perang Uhud. Rasulullah kemudian melewati jasadnya, anak saudaranya, dan seorang hamba sahayanya dan mengubur mereka dalam satu kubur.

Disebutkan pula, Rasulullah SAW memerintahkan untuk memakamkan jasad Abdullah bin Amr bin Haram dan Amr bin Jamuh dalam satu liang lahat. Sebab, semasa hidup mereka berdua adalah sahabat setia yang saling menyayangi. Ia juga dimakamkan satu liang dengan putranya, Khalad bin Amr

Dengan demikian, riwayat itu mengandung dalil bahwa orang yang dimaafkan untuk tidak ikut berjihad ialah karena sakit atau pincang. Mereka boleh tetap ikut berperang, namun tidak diwajibkan.

 

Sementara itu, setelah 46 tahun berlalu, dikisahkan tanah pemakaman sahabat Nabi SAW ini dilanda banjir. Kaum Muslimin terpaksa memindahkan jasad para syuhada. Saat itu, Jabir bin Abdullah bin Haram, putra dari Abdullah bin Amr bin Haram, masih hidup. Ia dan keluarganya kemudian memindahkan jasad ayahnya dan syuhada lainnya. Saat hendak dipindahkan, mereka mendapati jasad para syuhada itu tetap utuh. Disebutkan, bahwa tak sedikit pun dari tubuh mereka yang dimakan tanah. Bahkan, mereka seperti tertidur nyenyak dengan bibir menyunggingkan senyum. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement