REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Direktur pengembangan pasar halal untuk Islamic Food and Nutrition Council of America (IFANCA) Asma Ahad mengatakan bahwa sertifikat diberikan setelah melakukan audit virtual berdasarkan kasus per kasus selama Covid -19.
Dilansir di Salaam Gateway, Senin (8/6) berbicara dalam webinar pada Senin (1/6) yang dipandu oleh Salaam Gateway, Ahad mengatakan IFANCA telah mengalami kendala dan tertunda pekerjaannya karena pandemi tetapi mereka mempelajari hal ini.
"Ada beberapa contoh di mana kami dapat melakukan audit kami secara virtual, kami sebenarnya hanya mengembangkan teknik ini," kata Ahad.
Prioritas pertama IFANCA adalah untuk memastikan keselamatan karyawannya, katanya. Ini termasuk auditor halal. IFANCA berkantor pusat di Chicago, AS, dan beroperasi di sekitar 70 negara.
“Salah satu hal yang kami perhatikan tentang tim global kami adalah mereka yang memiliki pemahaman yang kuat sehingga mereka memahami apa yang perlu terjadi secara geografis dengan tempat mereka berada karena Covid-19 mungkin merupakan keadaan darurat di satu tempat atau mungkin lebih parah di satu tempat daripada yang lain, "kata Ahad.
"Kami telah memecahkan masalah sebelumnya dan benar-benar memahami apa yang perlu terjadi untuk tidak mengganggu pekerjaan kami karena ketika kami memberikan sertifikasi itu berdampak pada ketersediaan bahan dan produk penting ke tempat-tempat yang perlu," tambahnya.
Ketika audit halal tidak dapat dilakukan secara langsung selama pandemi, Ahad mengatakan IFANCA memprioritaskan keselamatan terlebih dahulu. "Jika auditor kami benar-benar harus pergi ke lapangan, kapan waktu inkubasi yang tepat, kapab waktu yang tepat bahwa orang tersebut harus dikarantina, itu adalah hal-hal yang sedang kami selesaikan."
Dia mengklarifikasi kapan IFANCA akan menganggap aman untuk melakukan audit virtual, yang mencakup seberapa akrabnya dengan perusahaan tertentu serta produk dan prosesnya.
“Jika ini adalah audit yang sangat terperinci seperti di industri farmasi tempat kami melihat bagaimana mereka memproduksi bahan tertentu yang membutuhkan banyak langkah serta memahami situasi kontaminasi silang, akan sulit untuk melakukan audit virtual ," ujar dia.
Hal ini terutama terjadi ketika audit memasukkan bahan atau produk yang oleh auditor dianggap sebagai kekhawatiran. Namun, audit virtual dapat dilakukan berdasarkan kasus per kasus dan disesuaikan di bawah kondisi tertentu, salah satunya adalah jika semua aspek yang terlibat bersertifikat halal, termasuk dari bahan ke kemasan.
"Itu memfasilitasi kemampuan untuk melakukan audit virtual karena Anda memiliki semua dokumen kepatuhan sebelumnya," kata Asma.