REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL – Pondok Pesantren Darul Quran Wal Irsyad Gunungkidul telah bersiap menerapkan new normal di Pesantren.
Menurut Ketua Yayasan Ponpes Darul Quran Wal Irsyad, Ustaz Ariyanto Purbo Prasetyo, pihaknya telah siap untuk menjalankan sejumlah opsi penerapan new normal kendati belum ada rumusan yang jelas dari pemerintah tentang penerapan new normal di pesantren.
"Tentang kebijakan new normal sejak sebelum lebaran kami sudah membahas ini luar biasa, apa pun nanti yang diputuskan pemerintah maka kami siap dengan berbagai opsi," tutur Ustaz Aryanto kepada Republika,co.id pada Senin (8/6).
Pesantren yang berlokasi di Desa Kepek, Wonosari itu memang telah memulangkan seluruh santrinya sejak merebaknya pandemi Covid-19 di Tanah Air.
Pesantren pun membuat skenario untuk menyambut kembali datangnya santri ke pesantren. Di antaranya yakni penerapan kedatangan santri ke pesantren menjadi tiga gelombang.
Namun demikian santri yang diperbolehkan kembali dan belajar lagi di pesantren hanya santri tingkat awal atau baru. Yaitu kelas 1 dan 2 tingkat madrasah ibtidaiyah (MI), kelas 7 madrasah tsanawiyah (Mts) dan kelas 10 tingkat Madrasah Aliyah (MA). Sementara untuk santri yang lama diperbolehkan mengikuti pembelajaran pesantren maupun formal di rumah masing-masing secara daring.
Sebelum kembali ke pesantren, santri terlebih dahulu harus menjalani isolasi selama 14 hari di rumah serta melakukan rapid test dan membawa surat keterangan sehat.
Saat kembali ke pesantren, santri harus diantar menggunakan kendaraan pribadi serta tetap menjaga protokol kesehatan selama dalam perjalanan.
Santri Ponpes Darul Quran wal Irsyad juga diharuskan membawa masker dan handsanitizer ketika kembali ke pesantren.
Sementara itu pihak pesantren pun telah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) untuk melakukan tes kesehatan setibanya santri di pesantren. Setelah tiba di pesantren, santri terlebih dulu diisolasi di ruangan yang sudah disiapkan pihak pesantren.
Sementara setiap paginya, pesantren juga membuat program olahraga ringan yang harus diikuti santri dengan mematuhi protokol kesehatan.
Selain itu, pesantren juga menerapkan psyical distancing atau jaga jarak antar santri selama kegiatan belajar baik materi pesantren atau pun sekolah.
Dalam satu ruangan kelas yang tadinya berjumlah 40 santri menjadi maksimal hanya diisi 20 santri saja. Sedang untuk sistem mengaji klasikal juga dilakukan jaga jarak 1,5 meter antarsantri. Santri, ustadz, dan seluruh pengurus pesantren pun tidak diperbolehkan bersalaman secara langsung.
Penerapan jaga jarak juga dilakukan pesantren di kamar santri serta ruang makan. Selain itu pesantren juga menerapkan pengetatan protokol kesehatan di gerbang masuk bagi tamu-tamu pesantren. Rencananya para santri sudah bisa kembali ke pesantren awal Juli mendatang.
"Ini ujian yang kita hadapi bersama, ini pandemi global. Sehingga kita harus berusaha lahir dan batin untuk menghadapi ini. Lahiriyahnya dengan menjalankan protokol yang ada kita jalankan dengan sebaik-baiknya, kemudian batiniahnya doanya ngga terputus-putus," katanya.