REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr KH Syamsul Yakin MA
Di dalam Alquran disebutkan pahala bagi orang-orang yang bertobat adalah menjadi kekasih Allah SWT. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. al-Baqarah/2: 222). Selain itu, menurut pengarang Tafsir Jalalain, orang yang bertobat juga akan dimuliakan oleh Allah SWT.
Menurut Syaikh Nawawi Banten dalam Tafsir Munir, orang yang bertobat adalah orang yang menyesali dosa yang telah dilakukannya dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Inilah tobat nasuha, seperti firman Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat nasuha (tobat yang semurni-murninya).” (QS. al-Tahrim/66: 8).
Oleh karena itu Allah SWT berseru, “Dan bertobatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. al-Nur/24: 31). Yang menarik, ayat ini memberi informasi orang yang diminta bertobat ternyata adalah orang-orang yang beriman. Ayat ini selaras dengan ayat di atas, Allah SWT mencintai orang-orang yang bertobat.
Inilah doa orang-orang yang bertobat, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran/34: 16). Allah SWT merespons doa mereka, “Pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Ali Imran/34: 15).
Selain itu, pahala atau kebaikan bertobat tidak hanya dirasakan nanti di akhirat, namun juga saat di dunia ini. Artinya prisma pahala bertobat itu tidak hanya menguap secara vertikal ke langit tapi juga membentang secara horizontal di bumi. Jadi, orang yang bertobat sejatinya tengah membangun prinsip ekuilibrium antara dunia dan akhirat
Allah SWT tegaskan, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh/71: 10-12).
Hanya saja disebutkan dalam Alquran bertobat itu harus disertai dengan amal saleh. Allah SWT informasikan, “Dan barangsiapa yang bertobat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima tobatnya.” (QS. al-Furqan/25: 71). Kendati dosanya itu memenuhi langit dan sedalam bumi.
Dalam hadits Qudsi disebutkan, “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu memohon dan mengharap kepadaku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke langit, kemudian kamu memohon ampun kepadaku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli.”
Dalam lanjutan hadits Qudsi di atas disebutkan, syarat diterimanya tobat adalah tidak berbuat syirik, “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu datang kepadaku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukanku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datangkan untukmu ampunan sepenuh bumi (pula).” (HR. Turmudzi).
Namun Allah SWT tidak menerima tobat manusia dalam dua keadaan. Pertama, ketika nyawanya telah sampai di kerongkongan. Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menerima tobat seorang hamba, selama (nyawanya) belum sampai di kerongkongan." (HR. Turmudzi). Seperti tobatnya Raja Ramses II atau yang dikenal dengan sebutan Firaun.
Kedua, ketika telah terjadi kiamat. Nabi SAW katakan, “Barangsiapa bertobat sebelum matahari terbit dari Barat, niscaya Allah menerima tobatnya.“ (HR. Muslim). Yang dimaksud dengan sebelum matahari terbit dari Barat adalah hari kiamat. Dan Nabi SAW memberitahu, “Hari kiamat tidaklah terjadi kecuali pada hari Jumat.” (HR. Muslim).