Sabtu 06 Jun 2020 04:55 WIB

Muslim Kulit Hitam di Balik Gerakan Anti-Rasisme di Amerika

Muslim Afrika-Amerika memiliki peran penting dalam anti-rasisme di AS.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
 Para pengunjuk rasa berbaris di Jembatan Brooklyn setelah rapat umum di Cadman Plaza Park, Kamis, 4 Juni 2020, di New York. Protes berlanjut setelah kematian George Floyd, yang meninggal setelah ditahan oleh petugas kepolisian Minneapolis pada 25 Mei
Foto:

3. Marcus Garvey

Beberapa dekade sebelum para Muslim kulit hitam mengambil inspirasi dari Afrika, tercatat nama Marcus Garvey. Dia adalah pendiri Universal Negro Improvement Association (UNIA), yang memulai 'kampanye kembali ke Afrika'.

Garvey lahir di jamaika. Dia pindah ke AS pada usia 28 tahun pada 1917. Saat itu bertepatan dengan kerusuhan ras di East St Louis, peristiwa yang menciptakan lingkungan dari ketakutan rasial di kalangan orang kulit hitam.

"Dengan bantuan murid-murid seperti ayah saya, Garvey, dari markas besarnya di Harlem City, New York, mengibarkan bendera kemurnian ras kulit hitam dan mendesak massa Negro untuk kembali ke tanah air leluhur mereka di Afrika, suatu alasan yang membuat Garvey manusia paling kontroversial di dunia,” tulis Malcolm X di halaman pertama bab pertama otobiografinya.  

Sebagai pendukung kuat nasionalisme kulit hitam dan kemandirian orang kulit hitam, Garvey menghadapi penganiayaan di tangan FBI dalam kasus dugaan penipuan melalui surat yang berkaitan dengan promosi Black Steamship Line (BSL).

photo
Marcus Garvey salah satu Muslim kulit hitam suarakan rasisme. - (pambazuka.org)

Ajaran "agama hitam" Garvey selaras dengan banyak Muslim dan memengaruhi para pemimpin Nation of Islam. Meskipun ia secara resmi seorang Katolik, namun Profesor Samory Rashid dari Indiana State University, dalam bukunya 'Black Muslims in the US' mengatakan bahwa keengganan Garvey untuk secara terbuka mengungkapkan keyakinannya tetap menjadi misteri.  

"Namun demikian, moto UNIA tentang 'Satu Tuhan, satu tujuan, satu tujuan' akan memiliki daya tarik khusus bagi umat Islam yang mungkin telah mengisi jajarannya dalam ribuan," tulis Rashid.

Dia diusir dari AS pada 1927 dan dia meninggal di Inggris pada 1940. Jenazahnya dipindahkan ke Jamaika di mana dia menjadi pahlawan nasional pertama bangsa tersebut.

Filosofi Garvey, yang berpusat pada kembalinya orang kulit hitam ke tanah air mereka yang asli, membantu mengarah pada penciptaan agama Rastafari. Rastafarian percaya bahwa Haile Selassie I, kaisar Ethiopia yang memerintah antara 1930 dan 1974, adalah seorang Dewa dan bahwa ia akan memfasilitasi kembalinya komunitas kulit hitam ke Afrika. Di antara pengikut Garvey adalah seorang pria bernama Elijah Muhammad. 

 

4. The Nation of Islam (NOI)

Tidak ada sejarah singkat tentang Muslim Hitam di AS yang akan lengkap tanpa menyebutkan NOI. NOI didirikan oleh Wallace Fard Muhammad pada 1930. Fard sendiri memiliki asisten bernama Elijah Muhammad, yang merupakan pemimpin Muslim kontroversial yang ajarannya menyimpang dari Islam arus utama.

Elijah dilahirkan pada 1897 di Georgia sebagai Elijah Poole. Sebagai seorang anak yang lahir dalam kemiskinan, ia pernah menyaksikan hukuman mati tanpa pengadilan terhadap Albert Hamilton, seorang Afrika-Amerika. Peristiwa itu memiliki dampak mendalam pada dirinya. Elijah kemudian mengambil alih kepemimpinan NOI dari Fard.

photo
Elijah Muhammad (kanan) dan Muhammad Ali (kiri) - (noirg.org)

"Nation of Islam tidak mengadopsi Islam ortodoks atau seperti beberapa orang akan mengatakan Islam Sunni. Orang-orang seperti Muhammad Ali membantu membangun jembatan itu, kemudian menolak beberapa ajaran agama yang diberikan oleh Elijah Muhammad," kata Mahdi Bray.

Bray mengatakan, bahwa seperti yang biasa dikatakan oleh seorang syekh dari Arab Saudi bahwa mungkin mereka tidak beribadah dengan benar. Tetapi, mereka beribadah ke arah yang benar.

Kendati begitu, NOI mendukung nasionalisme kulit hitam dan memiliki daya tarik yang luas. Juru bicara NOI paling terkenal adalah Malcolm X.

 

5. Malcolm X

Malcolm Little lahir pada 1925 dengan warna kulit yang dianggap lebih terang daripada saudara-saudaranya. Hal ini kemudian menjadi sesuatu yang membuat ayahnya lebih menyukainya daripada anak-anak lain. Ayahnya secara tidak sadar sangat menderita dengan cuci otak orang kulit hitam tentang orang Negro, sehingga dia cenderung lebih menyukai Malcolm yang lebih cerah.

Diskriminasi yang ia hadapi sebagai seorang anak membentuk pandangannya di kemudian hari ketika ia dengan tegas menentang untuk melakukan rekonsiliasi dengan orang kulit putih, setidaknya untuk sebagian besar hidupnya.

photo
Malcom X - (Malcomx.com)

Di sekolah, ia unggul tetapi diberi tahu oleh seorang guru bahwa ia harus mempertimbangkan karir yang realistis sebagai tukang kayu daripada bermimpi menjadi pengacara.

Malcolm kemudian mengganti nama Little dalam namanya dengan variabel X yang menyimpang dari dominasi kulit putih. Sebagai seorang pemuda, ia menghabiskan beberapa tahun di penjara, waktu di mana ia masuk Islam. Setelah dibebaskan, ia menjadi anggota aktif dari NOI. 

Ia diketahui telah menyediakan banyak senjata intelektual untuk gerakan Black Power. Setelah merasakan adanya perbedaan dengan Elijah Muhammad, ia meninggalkan NOI pada 1964 dan melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk melakukan haji.  Ia lantas mengubah namanya menjadi el-Hajj Malik el-Shabazz. Malcolm X ditembak mati pada 1965 oleh beberapa anggota NOI.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement