Ahad 31 May 2020 11:48 WIB
Muhammad

DR Soetomo, Penistaan Terhadap Nabi Muhammad, dan Sikap NU

Sejarah NU dan penghinaan nabi Muhammad di tahun 1937.

 KH Mas Mansyur (x) bersama pengurus Yayasan Kuliah Islam Surabaya yang didirikan dr. Soetomo (duduk, kedua dari kiri). (Repro Kiai Haji Mas Mansur, 1896-1946: Perjuangan dan Pemikiran) .
Foto:

SETELAH muncul reaksi keras kaum Muslimin seperti tercermin dalam Pedoman Masjarakat, _Berita Nahdlatoel Oelama dan munculnya rencana aksi protes, akhirnya Soemandari secara terbuka mengakui kesalahannya dan meminta maaf.

Soemandari menulis: "Dahulu kami menulis karangan kami di dalam Bangoen itu dengan keyakinan. Kami mempelajari soal itu dari beberapa buku, mengumpulkan beberapa bahan. Dengan persediaan itu kami tulis artikel dengan segala kesucian hati. Akan tetapi setelah melihat reaksi-reaksi fihak Islam, 7setelah melihat teriakan umat Islam, kami fikirkan lagi soal ini. Kami pertimbangkan lagi tulisan itu dan pengaruhnya kepada kalangan umum. Datang sekarang kami keyakinan baru. Melihat sekarang kami kesalahan kami. Dan kesalahan ini kami akui di sini dengan perantaraan pers."

Sementara itu, dari Madiun, ayah Sitti Soemandari, Sastrohoetomo, menulis surat terbuka yang menyesalkan tulisan anaknya itu.

"Sudah selayaknya jikalau seorang anak ada kesalahan, maka bapaknya pun turut merasa dan mengakui salah juga, sebab anak itu darah atau roh bapak, boleh dibilang anak dan bapak itu seolah-olah senyawa dan sejiwa."

Pemimpin Besar

KETIKA Dr. Soetomo wafat, BNO 2 Rabi'ul Akhir 1357/1 Juni 1938, menurunkan tulisan khusus satu halaman penuh di halaman depan.

BNO, menulis: "Walaupun dalam satu-dua hal, tindakan dan faham Tuan Dr tersebut kurang memuaskan kita, dan kadang-kadang mengecewakan, akan tetapi kita sebagai rakyat Indonesia tidak boleh melupakan atas jasa-jasa beliau yang besar, jasa beliau yang ditujukan untuk bangsa dan nusa Indonesia. Maka merasa atau tidak, kita berutang budi kepadanya."

BNO mencatat jasa Dr. Soetomo pada saat berdirinya Nahdlatoel Oelama. Soetomo, menurut BNO, pernah memberikan tenaganya.

Menjelang akhir hayatnya, Dr. Soetomo hendak memberi sumbangan kepada umat dan agama Islam dengan mendirikan Kulliyyah Islamiyah (KI) di Surabaya. Dr. Soetomo sendiri akan memimpin sebagai Presiden KI. Sebelum cita-cita tersebut terwujud, ajal telah lebih dulu menjemput.

BNO yang dalam kasus Soemandari menjadi salah satu media yang mengeritik keras Dr. Soetomo menganjurkan kaum NO untuk bersama-sama mengadakan shalat gaib dan tahlil untuk ruh pemimpin besar itu. BNO juga mendoakan Dr. Soetomo agar diampuni semua dosanya serta dilimpahi rahmat sebanyak-banyaknya.

Nasabnya Bersambung kepada Nabi Muhammad

MENURUT penelusuran BNO, Dr. R. Soetomo adalah putera R. Soewadji bin R. Kartodiwirjo bin R. Prawirosentono dari istrinya yang bernama R. Kalpikowati, ialah bekas istri Sultan Mataram III.

R. Kalpikowati adala putri Mas Prawirodipuro bin R. Renowidjojo bin R Soerjani bin Pangeran Paningger bin Pangeran Nrangkusumo bin Sunan Giri Prapen bin Sunan Giri Dalem bin Sunan Giri Kedaton bin Maulana Ishak bin Syaikh Jamadil Kubro bin Zainal Kubro bin Zainal Ali bin Zainal Abidin bin Sayidina Hasan bin Sayidatina Fathimah binti Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

*Lukman Hakiem, semenjak muda sebagai menjadi aktivis HMI, menulis berbagai buku dan artikel. Sempat menjadi staf M Natsir, staf ahli Wapres Hamzah Haz, dan agoota DPR. Karya bukunya yang terakhir adalah tentang Biografi M Natsir menjadi best seller. Kini menyepi di Sukabumi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement