REPUBLIKA.CO.ID, Artis Korea Selatan Kim Jae Han (Jay Kim), 28 tahun, adalah salah satu orang yang memandang Islam sedemikian negatif. Pada masa ketenarannya mulai tumbuh, sekitar 2015, dia tak pernah bergaul dengan Muslim di Negeri Ginseng tersebut.
Namun, jalan hidupnya menakdirkan hal berbeda. Pada 2017 dia diundang untuk konser di Jakarta dan Kuala Lumpur. Di sana, pemuda ini bertatap muka langsung dengan jutaan penggemarnya yang kebanyakan adalah Muslim milenial.
Hatinya begitu takjub. Tak dinyana, penggemar yang sangat antusias dengan kemahiran Jay Kim adalah Muslim. Mereka tak seperti yang digambarkan media massa. Sikap dan tutur kata mereka santun. Mereka membaur dalam kehidupan sosial yang saling bersinergi.
Mereka menikmati alunan musik yang indah didengar. Kehidupan mereka sungguh terbuka, jauh dari gambaran media massa Barat yang selama ini sangat tendensius menggambarkan Islam.
Sejak itu konstruksi pemikirannya tentang Islam runtuh seketika. Dia membangun pemahaman baru tentang Islam yang penuh kesantunan. Islam dilihatnya sebagai energi yang memotivasi dan menginspirasi kehidupan.
Setelah konser, dia melihat Indonesia merupakan negara yang damai. Keragaman budaya di Indonesia baginya sangat unik karena masyarakatnya yang berbeda keyakinan dapat hidup bersama. Ditambah lagi, makanan di sana begitu menggoyang lidahnya, seperti nasi goreng, bakso, soto, dan satai.
Dia juga menemukan keindahan Islam di Tunisia, negeri yang menjadi titik temu Islam, Barat, dan budaya Afrika. Sama halnya dengan Indonesia, mayoritas penduduk di sana beragama Islam. Dia melihat masyarakat di sana sangat baik, ramah, dan memiliki rasa tolong-menolong yang tinggi.
Banyak pemuda di sana tertarik dengan budaya Korea. Pandangan negatifnya tentang Islam makin runtuh. Setelah datang ke kedua negara tersebut, dia memutuskan untuk mempelajari Islam. Jae Han mulai mempelajari agama Islam melalui buku anak-anak.
Kemudian, dia mulai membaca Alquran dengan terjemahan Korea karena belum memahami bahasa Arab. Banyak hal yang membuatnya terpesona setelah mempelajari Islam, terutama setelah membaca Alquran. Kalam Ilahi berisikan pesan-pesan kedamaian yang sungguh menyentuh hati.
Setelah mempelajari beberapa hal mengenai Islam, dia tidak terlalu terburu-buru untuk bersyahadat. Jae Han menemui sejumlah Muslim untuk bertukar pikiran seputar Islam. Di antara yang dia temui adalah imam masjid, mualaf korea yang kini menjadi ustadz, dan sahabat dari negara lain yang telah lama menganut Islam.
Dia mulai mempelajari mengenai kebiasaan dan kewajiban sebagai seorang Muslim. Jae Han pernah mewawancarai mualaf Kim Eun Soo atau Karam Kim yang kisahnya juga pernah dimuat harian Republika untuk mendapatkan pemahaman apa yang harus dilakukan ketika menjadi mualaf dan pentingnya bersyahadat.
Dia juga mempelajari bagaimana Muslim beradaptasi dengan budaya Korea yang sudah mengakar, seperti minum-minuman alkohol dan makan daging babi. Jae Han bersyukur dia tidak terlalu suka dengan tradisi itu. Karena itu, bukan hal yang sulit untuk menjauhi hal yang haram tersebut.
Orang yang juga diajak berdiskusi tentang Islam adalah ibunya, wanita yang melahirkan dan membesarkan Jae Han. Sang ibu sempat melihat konten Youtube Jaehan yang berbeda, berisikan konten tentang Islam. Sang ibu belum pernah berinteraksi dengan Islam.
Jay Kim (28 tahun) telah memeluk Islam sejak Jumat (25/10/2019). Dia mengucapkan syahadat di Masjid Agung Itaewon, Seoul, Korea Selatan. Imam masjid Itaewon, Rahman Lee Ju Hwa, langsung membimbing sang artis untuk mengakui keesaan Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya .
Jay menganggap Islam sebagai bangunan istana. Butuh kunci keimanan untuk memasukinya. Namun, tak cukup hanya memiliki kunci, Muslim wajib memiliki petunjuk arah agar dapat berjalan memasuki istana dengan benar. Alquran dan hadits adalah petunjuk arah tersebut. Ketika memiliki keduanya, Muslim akan benar-benar melihat istana yang indah.
Bumi yang begitu besar membuat Jay ber pikir bahwa di dalamnya ada yang menciptakan. Itu adalah sesuatu yang sangat besar dan hebat. Dia meyakininya bahwa ini hanya satu yang terhebat, bertentangan dengan keyakinannya.
Kini dia menemukan jawabannya. Allah-lah yang terhebat, yang menciptakan alam raya. Semakin lama dia semakin ingin mencari jati dirinya, seperti untuk siapa dia diciptakan dan akan ke mana setelah dia meninggal nantinya.
Jay tidak hanya mempelajari tauhid. Sebagai lulusan universitas dengan jurusan komposer dan memiliki pekerjaan di industri musik, dia sempat terkejut karena mendapatkan komentar bahwa musik dianggap haram dalam Islam.
Apalagi, dia telah memiliki album dan sering membuat cover lagu dari penyanyi populer. Dia kemudian berusaha mencari dalil mengenai hal ini dan meminta berbagai penjelasan dari ustadz maupun Muslim lain yang memahami masalah ini.
Ada banyak pandangan yang berbeda dalam masalah musik. Namun, sumber sahih yang dia temukan ada dalam hadits Bukhari nomor 5590. Dalam hadits itu, Nabi Muhammad bersabda, "Sungguh akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutra, minuman keras, dan alat-alat musik."
Dari penjelasan ini, alat musik haram karena suaranya dapat membuai pikiran manusia sehingga jauh dari Allah. Namun, Islam membolehkan beberapa alat musik seperti rebana dan drum untuk mendampingi lagu-lagu Islami.
Beberapa pendapat juga menyebutkan nyanyian atau shalawat yang mengandung pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad dibolehkan, seperti akapela dan nasyid. Banyak pula penyanyi Muslim yang kini populer, seperti Maher Zein.
"Aku beropini bahwa musik yang mengandung kata-kata kotor dan menjauhkan diri dari Allah sehingga melupakan perintah Nya maka itu haram. Namun, jika bernyanyi sehingga dapat menjadi motivasi dan memuji Allah maka itu tidak apa-apa," kata dia.
Selain bermusik, dia juga belajar memahami bagaimana Islam mengatur hubungan dengan lawan jenis dan bagaimana pernikahan di dalam Islam.