REPUBLIKA.CO.ID, BANJUL -- Umat Muslim di Gambia meminta pemerintah mempertimbangkan kembali kebijakan penutupan masjid di seluruh wilayah negara itu di tengah wabah Covid-19. Mereka juga mempertanyakan tentang tempat-tempat publik yang tidak ditutup, seperti pasar. Padahal pertemuan masyarakat di pasar lebih banyak terjadi.
"Jika jaga jarak sosial benar-benar diterapkan di Gambia, saya percaya itu karena pasar masih buka dan penuh sesak dan kurang memperhatikan jarak sosial, orang bercampur dengan satu dan lainnya setiap hari," kata Yusuf Kolley, salah satu Muslim di Gambia seperti dilansir Voice Gambia, Rabu (6/5).
Kolley pun menilai pasar sebagai salah satu pusat transmisi atau penyebaran virus covid-19. "Menghentikan orang pergi ke masjid sama sekali tak masuk akal ketika pertemuan publik lainnya seperti pasar, transportasi, dibiarkan terbuka bagi orang untuk berkumpul. Masjid hanya terbuka pada waktu tertentu dan untuk waktu yang singkat," katanya.
Ia pun meminta pemerintah memperhatikan masalah itu dan membuat Muslim bisa kembali datang ke masjid untuk beribadah. Begitu pula diutarakan Muslim lainnya, Momodou Jeng dan Sadibou Ceesay, yang menilai imbauan menjaga jarak sosial belum sepenuhnya ditaati masyarakat.
"Jika pemerintah melarang pertemuan publik termasuk penutupan masjid, biarkan pemerintah melihat kedua hal ini dan membiarkan jamaah pergi beribadah," katanya.