REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT -- Kuwait meminta Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) turun tangan mengatasi sentimen anti-Muslim di India. Desakan ini merupakan respons atas konflik horizontal di India yang banyak menewaskan Muslim pada Februari lalu.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Senin (27/4), Sekretariat Jenderal Dewan Menteri Kuwait menyatakan keprihatinan mendalam tentang perlakuan terhadap Muslim India. Lembaga itu juga menyerukan OKI mengambil langkah-langkah yang perlu dan mendesak untuk menjaga hak-hak Muslim di sana.
Abdullah al-Shoreka, seorang menteri di Kementerian Awqaf dan Urusan Islam Kuwait, mencicit bahwa sudah waktunya bagi Muslim untuk angkat bicara. Muslim harus mulai bersuara menentang penganiayaan terhadap saudara seagamanya.
"Apakah mereka yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan kepada Muslim di India dan melanggar hak-hak mereka berpikir Muslim di dunia akan tetap diam tentang kejahatan ini dan tidak bergerak secara politik, hukum dan ekonomi terhadap mereka?" ucap al-Shoreka dilansir Middle East Eye.
Pernyataan ini adalah kelanjutan dari respons Kuwait pada bulan lalu terkait persoalan di India. Kuwait sebelumnya menyampaikan kekhawatiran tentang perlakuan terhadap Muslim di negara itu.
Pemicunya adalah kerusuhan yang terjadi pada Februari lalu di Delhi, India. Kerusuhan itu adalah konflik horizontal paling berdarah di India. Puluhan orang tewas dengan mayoritas korban jiwa adalah Muslim.
Kerusuhan itu terjadi setelah disahkannya undang-undang kewarganegaraan baru India yang diusung Pemerintahan Perdana Menteri Nerendra Modi. Undang-undang kontroversial itu dinilai mengecualikan Islam dan merusak prinsip sekularisme di India.
Selain itu, Muslim juga dijadikan subjek teori konspirasi terkait penyebaran virus corona di India. Anggota Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa muncul dalam wawancara yang menggambarkan pertemuan umat Islam bulan lalu di New Delhi sebagai 'terorisme corona'. Pemerintah menyalahkan pertemuan itu sebagai pemicu penularan corona.