REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Thomas Jamaluddin memprediksi awal Ramadhan tahun ini akan serentak. Bahkan, menurut pakar astronomi ini, umat Islam di Indonesia akan mengawali puasa Ramadhan secara berbarengan hingga 2021.
"Untuk tahun ini sampai tahun depan, posisi bulan lebih dari 2 derajat atau kurang dari 0 derajat. Jadi insya Allah sampai tahun depan kita akan selalu seragam untuk mengawali puasa Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha," ujar Prof Thomas saat dihubungi Republika.co.id, Senin (20/4).
Kepala Lapan ini menjelaskan, perbedaan dalam menetapkan awal Ramadhan bukan karena berbeda metode. Namun, ia mengatakan, adanya perbedaan kriteria antara dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yaitu NU dan Muhammadiyah.
"Jadi bukan karena perbedaan metode rukyat dan hisab. NU menggunakan kriteria tinggi minimal 2 derajat, sedangkan Muhammadiyah menggunakan kriteria wujudul hilal (tinggi bulan 0 derajat)," ucapnya.
"Jadi kalau posisi bulan antara 0 dan 2 pasti terjadi perbedaan," imbuhnya.
Namun, menurut dia, posisi bulan pada akhir 29 Sya'ban 1441 Hijriah atau Maghrib 23 April 2020 sudah di atas 3 derajat di Indonesia Barat. Karena itu, Prof Thomas yakin umat Islam di Indonesia tahun ini akan mengawali puasa Ramadhan secara berbarengan.
Kendati demikian, tambahnya, kepastian akan hal itu sebaiknya menunggu hasil sidang itsbat yang akan digelar Kementerian Agama (Kemenag) pada Kamis (23/4) petang. "Jadi potensinya seragam awal Ramadhan 24 April, walau kita tetap harus menunggu hasil sidang itsbat pada 23 April selepas maghrib," kata anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama itu.