Rabu 08 Apr 2020 05:00 WIB

Keutamaan Rasa Lapar

Rasa lapar sesungguhnya berkaitan erat dengan nafsu seorang manusia.

Keutamaan Rasa Lapar.
Foto: wikipedia
Keutamaan Rasa Lapar.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mustofa Muchdhor

JAKARTA -- "Perangilah nafsumu dengan rasa lapar dan rasa haus karena sesungguhnya pahala dalam hal itu seperti pahala berperang di jalan Allah. Tidak ada amal yang lebih dicintai di sisi Allah, kecuali rasa lapar dan rasa haus." Hadits Muhammad SAW itu bisa jadi terasa aneh.

Baca Juga

Bagaimana mungkin rasa lapar dan haus bisa menjadi amal ibadah paling dicintai Allah? Rasa lapar sesungguhnya berkaitan erat dengan nafsu seorang manusia.

Dalam perjalanan spiritual (safar ruhaniy), nafsu kerap mengganggu dan menipu seorang salik (seseorang yang secara sadar memilih pengembaraan menuju kepada-Nya). Nafsu makan, misalnya, akan mengganggu konsentrasi dan kekhusukan seorang abid dalam beribadah. Jika seorang abid hendak bersembahyang, misalnya, sedangkan perutnya sarat dengan makanan, biasanya ia akan enggan dan malas.

Itulah mengapa Luqman berkata kepada anaknya, "Hai anakku, jika perut kenyang, akal akan tertidur, kebijaksaan akan membeku, dan anggota badan menjadi enggan melaksanakan ibadah." Perut memang sumber penyakit. Tak saja penyakit-penyakit lahiriah seperti yang lazim dikenal dalam ilmu kedokteran, tetapi juga penyakit rohaniah seperti tamak, malas, hati yang keras, cinta dunia, dan semacamnya.

Semua jenis penyakit itu pada akhirnya akan menghalangi seorang hamba untuk bermunajat kepada-Nya. Kata Imam Al-Ghazali, "Sesungguhnya menahan lapar adalah perbendaharaan besar bagi segala sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan akhirat."

Jika dalam kondisi yang amat parah ini masih saja ada elite politik-ekonomi kita yang hidup mewah dan bermegah-megah, maka itu sejatinya menunjukkan kadar ketidakcerdasan dan kebekuan hati mereka. Sesungguhnya, sebuah negeri tidak akan pernah aman dan makmur, jika perut para pemimpinnya selalu menaati perintah nafsu mereka. Perut kenyang tak akan pernah melahirkan kebijaksanaan. Bagaimana mungkin sebuah negeri bisa berdiri tanpa kebijaksanaan?

sumber : Arsip Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement