REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena pandemi virus corona, Covid-19 yang melanda dunia mulai mengikis banyak norma dan nilai-nilai peradaban yang ada di tengah masyarakat. Salah satunya adalah sifat keserakahan manusia yang menginginkan keuntungan yang besar bisnis dalam situasi sulit saat ini.
Direktur Budaya, Dakwah dan Layanan Masyarakat Dompet Dhuafa Ahmad Shonhaji mengatakan monopoli bisnis dan perdagangan juga produksi APD yang menjadi kebutuhan langsung atas merebaknya virus corona di dunia semakin langka dan mulai sepi dipasaran. Menghilangnya masker diperedaran, langkanya hand sanitizer, susahnya mendapatkan formula cairan disinfektan, habisnya sarung tangan di pasaran, semakin menambah kusutnya tatanan sosial dan kepedulian masyarakat.
Hal ini merupakan bagian dari ego individual bisnis dengan upaya mengeruk untung besar perlahan mulai bermunculan. Masker dengan harga yang mulanya terjangkau rakyat menjadi langka, kini naik harganya menggila diatas standar harga rata-rata.
Para petugas kesehatan sebagai garda terdepan yang menghadapi pasien terpapar corona, baik karena ODP, PDP, suspect apalagi positif saat ini menjerit dengan semakin berkurang dan menghilangnya Alat Pelindung Diri (APD) di peredaran jalur bisnis kesehatan.
Bila moral hazard dan rasa kemanusiaan serta jiwa sosial (ta’awun) mulai hilang, dengan barternya adalah keuntungan bisnis yang besar, pertanda penimbunan kebutuhan dan perangkat kesehatan mulai terjadi.
“Hal inilah yang sangat dikuatirkan Rasulullah SAW bisa terjadi dalam muamalah, yaitu menimbun barang dagangan yang menjadi kebutuhan dalam situasi tertentu untuk mendapat keuntungan dengan menjual harga lebih tinggi dari harga pasar. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah orang melakukan ikhtikar (Menimbun) itu melainkan berdosa” (HR Muslim Nomor 1605)”, ujar dia dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (1/4).
Hadis lain yaitu “Orang yang mendatangkan barang akan diberi rezeki, dan yang menimbun barang akan dilaknat,” (HR Ibnu Majah Nomor 2153).
Mengasah hati juga mengolah rasa dan jiwa kemanusiaan membantu sesama jauh lebih menguntungkan dihadapan Allah SWT. Dua keberuntungan itu akan diperoleh dengan janji Allah yang pasti terjadi. Keuntungan dunia dengan bisnis yang terus tumbuh dan berkembang, juga keuntungan akhirat dengan deposito pahala berlimpah tanpa jangka.