Rabu 01 Apr 2020 16:29 WIB

4.000 Santri Pondok Tebuireng Dipulangkan

Belum dapat dipastikan kapan santri akan kembali belajar di pondok seperti biasanya.

Rep: Umar Muchtar/ Red: Andi Nur Aminah
Santei di Kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang..
Foto: Republika
Santei di Kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang..

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz atau biasa disapa Gus Kikin, menuturkan ada sekitar 4.000 santri yang telah dipulangkan di tengah situasi pandemi virus Covid-19. Dia belum dapat memastikan kapan santri akan kembali belajar di pondok seperti biasanya.

"Kita menunggu kebijakan lebih lanjut dari pemerintah. Dan juga melihat perkembangan situasi yang terjadi, dan apa tindakan pemerintah sehingga memungkinkan bagi kita untuk mengundang para santri itu untuk kembali. Jadi ya situasional," tutur dia kepada Republika.co.id, Rabu (1/4).

Baca Juga

Gus Kikin menjelaskan, pemulangan ribuan santri ini mempertimbangkan situasi nasional dan global. Dia mengatakan, jumlah santri di ponpesnya terbilang padat. Sehingga, bila santri tetap berada di lingkungan pondok dikhawatirkan bisa mengakibatkan masalah baru.

"Kalau (masalah) itu terjadi dalam jangka panjang, kita akan kesulitan dengan jumlah (santri) segitu karena harus memikirkan logistik dan segala macam. Itulah yang kemudian akhirnya pelan-pelan kita pulangkan. Begitu ada pengumuman Ujian Nasional dibatalkan, terus ngapain mereka kan, ya sudah mereka pulang, kami juga tidak bisa menahan," tuturnya.

Jumlah 4.000 tersebut, terang Gus Kikin, merupakan total santri di Ponpes Tebuireng Jombang. Pemulangan santri ini juga dilakukan di seluruh ponpes cabang Tebuireng di berbagai daerah. "Rata-rata kita semua (ponpes cabang Tebuireng) mengurangi beban. Supaya kalau ada apa-apa, tidak terlalu berat bebannya. Di sini saja santrinya tinggal 26," ucapnya.

Gus Kikin melanjutkan, sebetulnya dari sisi pemenuhan logistik untuk kebutuhan 4.000 santri itu tidak ada masalah. Tetapi, pasokan logistik yang ada itu hanya disiapkan untuk keadaan normal. Jika terjadi situasi yang darurat, pasokan logistik tersebut tidak cukup menanggung kebutuhan seluruh santri.

"Kita mengantisipasi kalau ada apa-apa, pendistribusian logistik nanti bisa menjadi masalah. Kita kalau tidak memulangkan santri itu jadi pikiran," tutur dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement