REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Marsudi Syuhud menyampaika Isra Miraj bisa menjadi pelajaran untuk umat Islam.
Kiai Marsudi menjelaskan, dari peristiwa Isra Miraj ada pelajaran tentang kehidupan dunia dan akhirat. Pelajaran-pelajaran tersebut diperlihatkan kepada Rasulullah oleh Allah SWT. Seperti pelajaran yang sifatnya ubudiyah yakni sholat lima waktu dan pelajaran kehidupan di dunia.
"Kehidupan-kehidupan di dunia ini ditampakkan kepada Rasulullah bagaimana sifat-sifat orang berperilaku di dunia," kata KH Marsudi kepada Republika.co.id, Ahad (23/3).
Ilmu-ilmu semuanya berasal dari Allah diajarkan kepada Rasulullah, kemudian dari Rasulullah diajarkan kepada umatnya. Adanya wabah virus corona atau Covid-19 juga atas kehendak Allah.
Menurutnya, adanya wabah ini untuk menguji keimanan, kewaspadaan dan perjuangan hamba-Nya untuk mengatasi ujian berupa wabah Covid-19.
Dia mengingatkan bahwa virus corona adalah makhluk maka menyikapi corona sama dengan menyikapi makhluk lainnya. Artinya corona juga makhluk seperti ular dan macan.
Dia menceritakan, di tengah masyarakat muncul guyonan atau candaan yang mengatakan bahwa mengapa takut terhadap virus corona tapi tidak takut terhadap Allah.
"Rasulullah pernah menyampaikan begini, larilah engkau dari orang yang terkena penyakit menular misalnya kusta, itu seperti larinya engkau dari macan, kita takut pada macan maka kita lari, kita takut pada corona maka kita waspada," ujarnya.
Dia mengatakan, lari yang dimaksud Rasulullah artinya waspada. Seperti diketahui, manusia diperintahkan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah. Manusia disuruh waspada terhadap penyakit menular atau virus corona juga perintah Rasulullah dan Allah.
"Kita disuruh waspada terhadap corona artinya juga perintah Rasulullah, kalau kita sudah menjalankan seluruh perintah Allah itu artinya kita takut kepada Allah. Maka jika ada kalimat guyonan, takut kok ke corona, takut ya ke Allah. Waspada terhadap corona ini juga dalam rangka takut pada Allah," jelasnya.
Dia menghormati dan mengapresiasi pondok-pondok pesantren yang jumlahnya ada 23 ribu di Indonesia, sebagian dari mereka menyikapi corona dengan baik.
Menurutnya, sebagian besar pondok pesantren menerapkan aturan tidak boleh ada orang yang keluar maupun masuk ke pesantren. Meskipun orang tua santri yang ingin masuk ke pesantren, tetap tidak boleh.
Kiai Marsudi juga mengungkapkan bahwa ada hikmah di balik wabah corona ini. Pertama, manusia bisa menemukan ketauhidan kepada Allah, karena manusia sadar dicoba oleh virus corona saja sudah kewalahan. Kedua, manusia menjalankan syariat atau aturan menghadapi wabah yang telah diajarkan Rasulullah. Termasuk di dalamnya ada uzhur sholat Jumat dan sholat berjamaah di masjid.
"Ketiga, hubungan sosial, dengan adanya corona ini, harus bisa bekerja bersama baik dari organisasi dengan pemerintah maupun individu dengan individu yang lain harus saling peduli," ujarnya.
Dengan adanya wabah corona ini juga, kata dia, para ilmuwan bisa menemukan obat untuk mengobati infeksi yang disebabkan virus corona. Para ilmuan juga bisa mendapat ilmu untuk membuat obatnya, ilmu tersebut tentu dari Allah. "Ketika manusia lulus dalam ujian ini, Insya Allah akan lulus, nanti ketemu obatnya apa, sehingga kita terbiasa menghadapi itu," tutur dia.