REPUBLIKA.CO.ID, Islam mengajarkan umatnya untuk membaca fenomena dan kejadian alam, sebagai sebuah tanda kebesaran-Nya.
Mengenai alam raya atau disebut sebagai ayat-ayat kauniyah Allah berfirman, ''Sesungguhnya dalam penciptaan ruang angkasa dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Ilahi) bagi orang-orang yang berakal. Yaitu, orang-orang yang selalu ingat kepada Allah di waktu berdiri, ketika duduk dan berbaring dan mereka memikirkan (tafakkur) tentang penciptaan ruang angkasa dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami! Tidaklah Engkau ciptakan (semua ini) dengan sia-sia. Mahasuci Engkau. Peliharalah kami dari siksa neraka.'' (Ali Imran: 190-191).
Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT mempunyai dua kitab. Pertama, kita yang diciptakan yaitu alam raya yang tampaknya bisu tapi pada hakikatnya selalu berbicara dengan berbagai isyarat yang dipantulkannya. Kedua, kitab yang diturunkan yaitu Alquran yang dapat dibaca dan dihayati ajaran-ajarannya.
Pada ayat-ayat yang membicarakan keadaan alam atau kosmologi dalam Alquran, sebagian besar diakhiri dengan pertanyaan: afala tatafakkarun? Afala ta'qilun?, Apakah kamu tidak berpikir? Apakah kamu tidak berakal? Dalam Alquran maupun hadis banyak ditemukan hal-hal yang menggugah manusia supaya memperhatikan alam raya, yang mengandung rahasia-rahasia dan keajaiban-keajaiban. Jika hal itu direnungkan akan semakin meningkatkan kesadaran terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah SWT serta menyadari kelemahan dan ketidakberdayaan manusia.
Dalam kaitan alam raya ini, Ibnu Qayyim Al Jauziyah (ulama besar abad VII H) menulis dalam Miftahu Sa'adah, bahwa alam mempunyai dua fungsi terhadap manusia, yaitu rahmat dan bencana. Selagi alam fungsinya rahmat, maka air dapat dimanfaatkan, tanah dicangkul, angin bertiup dengan sepoi-sepoi sejuk dan nyaman. Manusia besar di depan alam sehingga muncul arogansi manusia menguasai alam.