REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Suatu ketika, seorang penyair datang menghadap Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Setelah berhadapan dengan Umar bin Khattab, pria itu melontarkan kata-kata pujian dan menyanjung-nyanjung Umar.
"Tuan sosok seorang yang gagah. Nama Tuan sangatlah tersohor, begitu agung. Sinar cahaya diri tuan begitu indah."
Sambil menyimak bualan kosong yang dilontarkan penyair, Umar bin Khattab menyatukan tangannya. Kedua telapak tangannya dihimpit.
Setelah sang pujangga itu melantunkan untaian syairnya, Umar berkata, "Apakah sudah selesai dari omong kosongmu itu?"
Penyair itu menjawab, "Sudah, wahai Amirul Mukminin."
Umar bin Khattab berkata, "Jasad yang kau puiji ini, kalau dilihat setelah tiga hari dikubur, pastilah kau jijik dan tidak sanggup melihatnya, lari terpontang-panting. Jasad ini dari tanah dan akan kembali ke tanah."