Sabtu 29 Feb 2020 00:07 WIB

Muhammad Iqbal: Pembaru Islam dari Pakistan

Kebanyakan syair-syair Muhammad Iqbal berisi tentang kebebasan dan keterbukaan.

Rep: Syahrudin el-Fikri/ Red: Elba Damhuri
Ilustrasi Peradaban Islam
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Peradaban Islam

REPUBLIKA.CO.ID, -- Para tokoh pembaru Islam dilahirkan di jazirah Arabia, seperti Iran, Irak, Pakistan, dan Mesir. Namun demikian, ada pula tokoh pembaru Islam yang lahir dari belahan negara lainnya di muka bumi ini. Dan, salah satu tokoh pembaru Islam yang sangat dikenal di dunia Islam adalah Muhammad Iqbal.

Muhammad Iqbal, selain dikenal sebagai seorang pembaru gerakan Islam di India dan Pakistan, juga dikenal sebagai seorang penyair yang handal, politikus, reformis, ahli perundang-undangan, serta filsuf. Nama lengkapnya adalah Muhammad Iqbal bin Muhamad Nur bin Muhammad Rafiq. Lahir pada tahun 1873 M (dalam riwayat lain tahun 1877 M), di Siyalkut, sebuah provinsi di Punjab, India, di dekat Pakistan Selatan.

Ayahnya adalah Muhammad Nur, seorang pengikut ajaran tasawuf yang taat (sufi). Ayahnya pula yang mengajarkannya membaca Alquran. Alquran adalah sumber hukum Islam yang paling utama. Di dalamnya diceritakan tentang berbagai hal, mulai dari akidah, akhlak, hukum, kisah umat terdahulu, dan sumber ajaran moral.

Bagi Iqbal, Alquran adalah tuntunan dalam membimbing jiwanya. ''Setiap hari selepas shalat Subuh, aku terus membaca Alquran. Ayahku memerhatikan keadaan ini lalu bertanya: ''Apa yang engkau baca?'' Aku menjawab: ''Aku sedang membaca Alquran.'' Selama tiga tahun, ayahku bertanya mengenai hal yang sama dan aku memberikan jawaban yang sama.

Suatu hari aku bertanya kepadanya: ''Apakah yang ada dalam dadamu wahai ayahku sehingga engkau menanyakan pertanyaan yang sama dan aku terpaksa menjawab dengan jawaban yang sama pula.''Maka, ayahku menjawab: ''Sebenarnya, aku ingin mengatakan kepadamu wahai anakku, bacalah Alquran itu seolah-olah ia diturunkan kepadamu.'' Sejak itulah aku mulai mencoba memahami kandungan Alquran dan dari Alquranlah aku mendapat cahaya inspirasi untuk sajak-sajakku.'' [Lihat Abu Al-Hasan Al-Nadawi, Rawa'ie Iqbal (Keindahan Iqbal, 1978)]

Kritikus

Dengan bimbingan yang intens dalam bidang agama, tak heran pula bila ruh-ruh Islam begitu kuat tertanam di dada Iqbal. Di bawah asuhan ayahnya dan guru spiritualnya, Mir Hasan, Iqbal tumbuh menjadi seorang pemuda yang taat dan rajin beribadah.

Tak hanya itu, ayah dan gurunya melihat suatu kelebihan pada diri Iqbal. Karena itu, Mir Hasan terus-menerus memompa semangat Iqbal agar menjadi orang yang faqih (ahli dalam bidang hukum Islam) dan menjadi penerusnya sepeninggalnya nanti. Maka, berbagai bidang keilmuan dalam Islam diajarkan kepada Iqbal, termasuk sastra Islam.

Dan, dari Mir Hasan ini pulalah, Iqbal banyak mendapatkan pengetahuan agama, termasuk mengajarinya sikap kritis terhadap setiap masalah dan mengasah bakatnya dalam bidang kesusastraan.Didikan dan cara pengajaran Mir Hassan, mempengaruhi pemikiran dan kepribadian Iqbal. Dalam salah satu sajaknya, Iqbal memuji gurunya ini.

''Cahayanya dari keluarga Ali yang penuh berkah Pintu gerbang dibersihkan senantiasa, bagiku bagaikan Ka'bah Napasnya menumbuhkan tunas keinginanku Penuh gairah hingga menjadi kuntum bunga yang merekah indah Daya kritis tumbuh dalam diriku oleh cahayanya yang ramah.'' (Lihat Dr Bilgrami; 1979:16).

Pendidikan formal ditempuhnya di Universitas Lahore. Tahun 1897, Ia mendapatkan gelar Bachelor of Arts (BA) untuk jurusan Filsafat, Bahasa Arab, dan Sastra Inggris. Selanjutnya, pada 1899, Iqbal menyelesaikan pendidikan pascasarjana (S-2) dengan gelar Master of Arts (MA), juga dari Universitas Lahore. Adapun gelar doktoralnya ia dapatkan dari Universitas Cambridge, London.

Sebelum melanjutkan gelar doktornya, Iqbal bertemu dengan seorang cendekiawan filsafat modern, Sir Thomas Arnold. Dari tokoh inilah Iqbal berkesempatan mengenal pendidikan dan peradaban barat. Kendati Sir Thomas Arnold merupakan tokoh orientalis, namun dalam pemikiran, Arnold sangat terbuka. Ia senantiasa mencari kebenaran sesuai dengan akal pikiran manusia. Ia tidak mencela ataupun mencaci orang yang berbeda pandangan darinya.

Tampaknya, dari Mir Hasan dan Arnold ini pula yang turut mempengaruhi pemikiran Iqbal sehingga ia begitu kritis terhadap segala sesuatu dan senantiasa mencari kebenaran yang hakiki. Iqbal senantiasa mengamalkan ajaran nilai-nilai Islam yang suci dan mengambil sesuatu yang positif dari barat.

Iqbal mengakui, pola pikir kaum barat, tak selamanya negatif. Ada nilai-nilai positif yang bisa dikembangkan demi kemajuan dan kejayaan Islam. Iqbal sadar bahwa pihak barat jauh lebih mementingkan kebendaan dibandingkan kehormatan. Menurut Iqbal, pihak barat lebih mengagungkan paham materialisme, imprealisme, dan lain sebagainya. Dalam salah satu sajaknya yang dikutip Bilgrami, Iqbal memberikan peringatan bagi kaum barat.

''Saat tersingkap rahasia Sang kekasih kan dipandang semua orang Rahasia yang tersembunyi dalam kesunyian Akan menjadi kenyataan. Wahai penduduk benua Barat,Bumi Tuhan bukanlah kedai Apa yang kalian anggap berharga, Akan terbukti tak bernilai Peradaban kalian akan bunuh diri Dengan senjatanya sendiri, Sarang yang dibangun di atas kerapuhan dahan Pasti tak akan lama bertahan.'' (Bilgrami; 1979:18)

Itulah Iqbal. Seorang pemikir, filsuf, dan penyair kebanggaan Pakistan. Tak hanya terhadap orang barat, Iqbal juga mengingatkan umat Islam. Salah satu kata-katanya terkenal adalah ''Sifat fanatisme kedaerahan yang berlebihan akan memecah persatuan umat.'' Kebanyakan syair-syair Iqbal berisi tentang keinginan adanya kebebasan, keterbukaan, dan kembali pada sumber ajaran Islam, Alquran dan hadis. Dari sini jelaslah bahwa Alquran adalah sumber utama inspirasi syair-syairnya yang ditunjang dengan bakatnya yang besar dalam kesusastraan.

Selain dikenal sebagai penyair, Iqbal juga pernah terlibat dalam pemerintahan. Tahun 1926, ia terpilih sebagai anggota legislatif di Provinsi Punjab dari Partai Persatuan Islam. Bahkan, dia pernah melontarkan ide pembagian wilayah India menjadi sebuah negara federal, dengan berdasarkan agama, bahasa, dan ras.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement