REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Al Ghazali dalam kitabnya yang berjudul At Taubah Ila Allah wa Muakaffirat Adz Dzunub termasuk faktor yang menyebabkan dosa kecil menjadi besar adalah memamerkan dosa dengan cara menyebut-nyebutnya setelah melakukannya. Atau, dia melakukannya di hadapan orang lain.
Karena hal itu berarti merobek tirai Allah yang telah ditutupkan kepadanya, juga dapat menggugah keinginan buruk apda diri orang lain terhadap perbuatan yang diperdengarkannya atau dipertontonkannya itu.
Jadi, dua-duanya merupakan tindak kejahatan yang digabungkan dengan tindak kejahatannya. Sehingga, menjadi beratlah ia.
Jika tindakan menyeret orang lain kepada dosa dan membukakan peluang kepadanya digabungkan lagi, maka jadilah kejahatan keempat. Sehingga, semakin menumpuklah kekejian yang terjadi.
Di dalam hadits disebutkan:
كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
“Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam bermaksiat. Yaitu seseorang yang telah berbuat dosa di malam hari lantas di pagi harinya ia berkata bahwa ia telah berbuat dosa ini dan itu padahal Allah telah menutupi dosanya. Pada malam harinya, Allah telah menutupi aibnya, namun di pagi harinya ia membuka sendiri aib yang telah Allah tutupi.” (Muttafaq Alaih)
Menurut Imam Al Ghazali, hal demikian dikarenakan di antara sifat-sifat Allah dan kenikmatan-Nya adalah bahwa dia menampakkan keindahan dan menutupi keburukan.
"Karena itu tutupan-Nya tidak boleh dirusakkan. Tindakan menampakan kejahatan itu berarti kufur terhadap nikmat ini," tulis Imam Al Ghazali.
Imam Al Ghazali menyebutkan, di antara ulama ada yang berkata, "Janganglah engkau melakukan dosa! Namun jika engkau terlanjur melakukannya, maka janganlah menggugah orang lain untuk melakukannya sehingga engkau berdosa dua kali."