Sabtu 22 Feb 2020 11:32 WIB

Pesantren Yanbuul Ulum Brebes Gelar Pelatihan Dai Digital

Pelatihan dai digital untuk meningkatkan wawasan di bidang media.

Pelatihan TOT dai digital Pesantren Yanbuul Ulum Brebes
Pelatihan TOT dai digital Pesantren Yanbuul Ulum Brebes

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kiprah kaum santri dalam bela negara layak ditulis dengan tinta emas, baik pada era pra-kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan. 

Semangat ini lah yang sedang direvitalisasi Pondok Pesantren Yanbu’ul Ulum, Lumpur Losari Brebes, melalui inisiasi Program Pendidikan Santri Bela Negara, yang diawali dengan menyelanggarakan Training of Trainer (ToT) Dai Digital  mulai Jumat (21/2)-23 Februari.  

Baca Juga

Mewakili Pengasuh Pondok Pesantren Yanbu’ul Ulum, M Najih Arromadloni, menyatakan program berangkat dari keprihatinan terhadap ancaman negara saat ini yang bersifat non-konvensional, seperti propaganda dan intoleransi. Najih menyatakan bahwa negeri ini didirikan atas dasar persatuan dalam kebhinekaan, “Sikap ekslusif dan intoleran saat ini sedang meruntuhkan sendi-sendi kehidupan bernegara kita”, tandasnya, menyikapi maraknya fenomena intoleransi dan radikalisme akhir-akhir ini.

Dalam ToT Dai Digital yang dibuka hari ini, dihadirkan di antaranya dua narasumber yaitu Habib Husein Ja’far selaku youtuber dan kreator konten digital, dan Ahmad Muntaha selaku penulis konten keislaman dan kebangsaan. 

Ahmad Muntaha yang juga penulis serial buku Fiqh Kebangsaan ini menyampaikan bahwa bela negara sudah menjadi DNA kaum santri. 

Bagi kaum santri, agama dan negara bukan sesuatu yang harus dibenturkan. Termasuk dasar negara Pancasila, baginya merupakan ijtihad yang sah dari ulama masa lalu yang harus dijaga dan dilestarikan oleh generasi masa kini, dan sama sekali bukan musuh agama.

Menurutnya pula, saat ini agama seakan berbenturan dengan kehidupan sosial-politik bernegara karena di satu sisi, agama berada di tangan orang yang tidak tepat. Di sisi lain, politik tidak dipegang oleh para negarawan.

Karena itu dia menyatakan bahwa otoritas keagamaan harus dikembalikan kepada orang-orang pesantren yang memang kompeten karena menekuni keilmuan keagaam secara serius dan komprehensif. 

Program ini digagas dalam rangka menggali khazanah keilmuan pesantren dalam rangka menjawab tantangan-tantangan bernegara. Melalui program ini diharapkan para santri dapat mengkaji ulang kitab-kitab turath (kuning) untuk kemudian mengkontekstualisasikannya dengan kondisi sosial masyarakat pada saat ini.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement