REPUBLIKA.CO.ID, ACEH -- Jauh sebelum Rasulullah SAW lahir, bangsa Arab telah merintis perdagangan internasional di jalur Samudra Hindia. Para pedagang Arab menjadi perantara masuknya barang-barang China dan India ke pelabuhan-pelabuhan Eropa.
Dengan daya jangkau yang demi kian, patut diduga bahwa pelaut Arab telah menapakkan kaki di Nusantara pada masa permulaan dakwah Islam di Makkah dan Madinah. Buya Hamka, misalnya, menyebutkan bahwa sekitar 43 tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW utusan dari Arab menyinggahi kerajaan Hindu-Buddha Kalingga di pesisir utara Jawa.
Duta tersebut kemudian pulang ke negerinya dengan membawa berita tentang keadaan masyarakat setempat. Akhirnya, disepakatilah bahwa dakwah Islam di Jawa hanya mungkin dilaksanakan secara damai, bukan serangan bersenjata. Hal itu juga seiring dengan dalil Alquran, Tidak ada paksaan dalam agama.
Pada faktanya, berdasarkan keterangan dari inskripsi tertua, kedaulatan politik Islam Ahlus Sunnah wa al-Jama'ah di Nusantara baru dapat berdiri berabad-abad kemudian. Buya Hamka dalam bukunya, Sejarah Umat Islam, menyebutkan bahwa pada 1205 seorang raja Muslim naik takhta di Daya (Aceh) dengan gelar Sri Paduka Sultan Johar Syah. Dia masih keturunan kaum saudagar Muslim asal Gujarat.
Meskipun riwayat kekuasaan Sultan Johar Syah pada akhirnya tidak begitu jelas, satu hal yang pasti adalah berdirinya kedaulatan politik Islam di Sumatra. Kabar ini lalu sampai ke Makkah. Para petinggi setempat meminta seorang alim, Syekh Ismail, agar mendukung dakwah Islam di Aceh.
Dalam pelayarannya ke Aceh, dia sempat singgah di Mu'tabar (pantai Malabar, India). Syekh Ismail bertemu dengan seorang ningrat setempat yang memilih jalan hidup sebagai sufi. Fakir Muhammad, demi kian namanya, diceritakan masih keturunan sahabat Nabi SAW, Abu Bakr ash-Shiddiq.
Syekh Ismail yang sekarang ditemani Fakir Muhammad melanjutkan perjalanan menuju Sumatra. Mereka tiba di kota-kota pelabuhan Fansur (Barus), Lamiri, Haru, dan Perlak. Sesampainya di Aceh, mereka bertemu dengan Merah Silu yang saat itu berkuasa atas daerah Semerlanga. Syekh Ismail dan Fakir Muhammad berhasil mendakwahkan Islam kepada penguasa tersebut.