Jumat 21 Feb 2020 13:52 WIB

Wawancara Kepala BPIP Yudian Wahyudi Soal Pancasila (2)

Wawancara Kepala BPIP Yudian Wahyudi terkait dengan Pancasila.

Rep: Ali Mansur/ Red: Muhammad Hafil
Wawancara Kepala BPIP Yudian Wahyudi. Foto: Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi bersiap mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi II DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (18/2/2020).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Wawancara Kepala BPIP Yudian Wahyudi. Foto: Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi bersiap mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi II DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (18/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi dalam sebuah sesi wawancara dengan salah satu media menjadi polemik. Dalam pernyataannya Yudian menyebut, agama sebagai musuh Pancasila. Untuk mengetahui lebih jelas tentang polemik pernyataan agama sebagai musuh Pancasila, wartawan Republika Ali Mansur mewawancarai langsung.

Anda mengkritik pihak yang membenturkan agama dengan Pancasila, siapa mereka?

Baca Juga

Maksudnya yang saya kritik itu adalah orang beragama menggunakan agama atas nama mayoritas, tapi sebetulnya mereka minoritas, gitu. Mereka membenturkan agama yang mereka klaim dengan Pancasila, nah ini jika dibiarkan, berarti agama akan menjadi musuh terbesar gitu maksudnya. Maka, kita harus bisa mengelola dengan baik hubungan agama dengan Pancasila.

Dalam sesi wawancara Anda itu ada bagian yang terpotong, bisakah Anda jelaskan pernyataan Anda secara utuh?

Nah, yang saya maksud begini, setelah Orde Baru kalah, reformasi maka hak-hak organisasi asas tunggal Pancasila itu menjadi Pancasila atau, boleh milih selain Pancasila. Itu saya katakan di situlah Pancasila itu secara administratif telah dibunuh.

Kenapa? Karena, Pancasila tidak penting lagi, nah maka kita perlu mengembalikan, dan di situ juga ada kesan yang dibunuh. Itu adalah kebebasan berorganisasi, padahal tidak. Jadi, Pancasila itu dibunuh secara sensatif karena sudah tidak lagi menjadi pegangan tunggal.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement