REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibnu Sina seorang filsuf Muslim dan seorang dokter yang dikenal dunia Barat sebagai Avicenna. Dalam bukunya yang berjudul The Canon, Ibnu Sina meneliti seluruh ilmu pengetahuan tentang medis dari sumber klasik dan sumber Islam.
Buku tersebut awalnya ditulis dalam bahasa Arab dan kemudian diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk Persia, Latin, China, Ibrani, Jerman, Prancis, dan Inggris. Buku tersebut adalah karya tulis Ibnu Sina yang paling terkenal.
Dalam tulisan Rachel Hajar yang berjudul The Air of History (Part V) Ibn Sina (Avicenna): The Great Physician and Philosopher disebutkan Ibnu Sina juga pernah menulis sebuah kitab tentang pengobatan jantung yang berjudul, Al-adwiyat al-Qalbia. Karya Ibnu Sina ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Avicenna's Tract on Cardiac Drugs and Essays on Arab Cardiotherapy.
Dalam kitabnya tersebit, Ibnu sina memberi perhatian khusus pada detak jantung dan bagaimana mengartikan kondisi organ vital tersebut. Memeriksa detak jantung sendiri merupakan metode paling tua, sederhana, dan paling informatif.
“Setiap denyut nadi terdiri atas dua gerakan dan dua jeda sehingga alurnya adalah ekspansi, jeda, kontraksi, jeda,” tulis Avicenna dikutip dalam bukunya yang berjudul The Canon.
Sebagai seorang ahli jantung, Rachel Hajar juga mengaku tertarik pada deskripsi Ibnu Sina tentang denyut nadi tersebut. Menurut dia, memeriksa denyut nadi adalah salah satu yang paling sederhana, tertua, dan paling informatif dari semua pemeriksaan klinis.
"Ini adalah metode diagnostik utama dalam kebanyakan tradisi medis, terutama pengobatan Mesir kuno, pengobatan tradisional China, Islam Yunani, dan pengobatan Ayurveda," tulis Rachel.
Sepanjang sejarah kedokteran, denyut nadi merupakan parameter penting dalam menilai disfungsi jantung. Ibnu Sina sendiri telah menulis 10 karakter denyut nadi yang bisa menjadi indikasi adanya gangguan pada fungsi jantung. Kemajuan teknologi kemudian membuktikan denyut jantung yang dibaca dengan teliti berperan besar dalam penegakan diagnosa.
Di samping itu, pengetahuan tentang detak jantung yang ditulis Ibnu Sina ternyata juga sempat menjadi inspirasi untuk mendeteksi suatu penyakit karena jatuh cinta. Satu kisah menceritakan, Ibnu Sina pernah mendiagnosis seorang istri sultan yang sedang sakit diam-diam telah jatuh cinta pada orang lain. Ibnu Sina merasakan denyut nadi istri Sultan tersebut sembari mengajukan pertanyaan.
“Dokter yang terpelajar seharusnya bisa membaca kebahagiaan dan penderitaan tubuh pasien dengan merasakan denyut nadi di ujung ibu jari sebagai indikasi kondisi jiwanya,” dalam Sanscrit Law seperti dikutip dari tulisan Rachel Hajar.