Rabu 19 Feb 2020 14:56 WIB

ACT Tasikmalaya Bantu Perbaiki Bangunan Pesantren yang Rusak

Memerlukan waktu sekira satu bulan bagi ACT Tasikmalaya untuk memperbaiki pesantren.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Muhammad Fakhruddin
ACT Tasikmalaya dan YBM PLN UP3 Tasikmalaya menyalurkan beras untuk santri ke Pesantren Fajrul Islam Kota Tasikmalaya.
Foto: dok. ACT Tasikmalaya
ACT Tasikmalaya dan YBM PLN UP3 Tasikmalaya menyalurkan beras untuk santri ke Pesantren Fajrul Islam Kota Tasikmalaya.

REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Lembaga filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) membantu perbaikan satu ruangan belajar Pesantren Al Barokah di Desa Gunungsari, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya. Ruangan yang nyaris roboh itu kini sudah kembali layak digunakan.

Ketika Tim Mobile Social Rescue (MSR) ACT Tasikmalaya mendatangi pesantren Al Barokah, kondisi pesantren itu terlihat mengkhawatirkan. Bagian dindingnya terbuat dari bilik kayu. Beberapa bagian di dinding sudah bolong dan berpotensi roboh. Memerlukan waktu sekira satu bulan bagi ACT Tasikmalaya untuk memperbaiki pesantren itu.

"Kurang lebih waktunya sebulan (untuk perbaikan). Alhamdulillah kemarin sudah kami serah terimakan dan dengan hadirnya pesantren ini alhamdulillah kebermanfaatannya semakin luas dan banyak lagi," kata M Fauzi, selaku tim program MSR ACT Tasikmalaya, dalam keterangan resminya, Rabu (19/2).

Selain menjadi tempat belajar, menurut dia, pesantren ini juga menjadi tempat pertemuan masyarakat setempat seperti posyandu dan pengajian ibu-ibu. Karena itu, selain memperbaiki bangunan pesantren, tim MSR ACT juga melengkapi keperluan lainnya seperti karpet, rak untuk Alquran, dan kipas angin.

Pesantren Al  Batokah diketahui berdiri sejak 25 tahun yang lalu. Saat ini, terdapat sekira 150 orang santri dari mulai tingkat TK hingga SMP yang belajar di pesantren ini. 

Namun, sejak berdiri, bangunan itu sama sekali belum pernah direnovasi. Padahal, bilik kayunya sudah banyak yang bolong, atap yang bocor, dan karena luas ruangan yang terbatas seringkali menjadikan anak-anak belajar berdesakan bahkan sebagian belahar di luar beralaskan tikar.

Pimpinan Pesantren Al Barokah, Tatang Zaelani mengatakan, sebelum bangunan itu dibenahi, dirinya seringkali merasa sedih saat melihat anak didiknya harus rela belajar di luar ruangan. Sebab, jumlah santri yang banyak dan luas ruangan yang terbatas.

"Memang sejak saya dan keluarga mendirikan pesantren ini, belum pernah direnovasi dan ukurannya segitu-gitu aja, kadang suka merasa sedih kalau ada santri yang rela belajar di luar ruangan. Sekarang alhamdulillah sudah menjadi bangunan yang kokoh yang bisa menampung para santri untuk belajar dengan nyaman dan aman," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement