Senin 17 Feb 2020 19:55 WIB

Rasionalisasi Bersiwak dalam Kajian Imam Nawawi Asal Banten

Imam Nawawi Al-Bantani menyebutkan khasiat bersiwak menurut Islam.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Imam Nawawi Al-Bantani menyebutkan khasiat bersiwak menurut Islam. Siwak (ilustrasi)
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Imam Nawawi Al-Bantani menyebutkan khasiat bersiwak menurut Islam. Siwak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Banyak umat Muslim masih mengabaikan bersiwak saat akan melaksanakan ibadah terutama ketika akan berwudhu, shalat, dan membaca Alquran. Padahal bersiwak sebelum melakukan aktivitas ibadah sangat dianjurkan Rasulullah SAW karena banyak pahala dan manfaatnya bagi kesehatan terutama kesehatan mulut.   

Pengajar Masjid Al-Anwar, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk Jakarta Barat, KH Asthar Jayadi, menjelaskan saat menyampaikan kajian kitab Nashaih al-Ibad karangan Syekh Nawawi al-Bantani, bahwa jika tidak memberatkan umatnya, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk bersiwak saat memulai aktivitas terutama akan mengawali ibadah kepada Allah. 

Baca Juga

"Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudlu," kata KH Astar mengutip hadis yang diriwayat Bukhari dan Muslim.  

Bersiwak, kata Kiai Astar seperti disampaikan Imam Nawawi merupakan sunnah Nabi. Menurutnya shalat yang dimulai bersiwak lebih utama daripada 70 shalat tanpa bersiwak. Selain itu ada 10 keutamaan bagi orang yang bersiwak. Pertama siwak dapat membersihkan mulut, mendatangkan keridhaan Allah, membuat setan marah.  

 

Orang yang bersiwak pasti disukai Allah dan malaikat pencatat amal, siwak dapat menguatkan gusi, mencerdaskan otak karena tidak ada lendir, menyegarkan napas, menghilangkan cairan yang tidak berguna, menguatkan pandangan mata, dan menghilangkan bau busuk di mulut.  

Menurut Imam an-Nawawi dalam Kitab al-Majmu Syarh al-Muhadzdzab, menerangkan bahwa siwak atau sejenisnya adalah alat yang digunakan untuk membersihkan mulut. Imam an-Nawawi menyampaikan bersiwak bisa dilakukan kapan saja, akan tetapi lebih disukai dalam lima waktu.   

Pertama ketika akan shalat, baik yang shalat itu bersuci dengan air, ataupun dengan tanah (bertayamum), ataupun tidak bersiwak, seperti orang yang tidak 

memperoleh air dan tanah, kedua akan wudhu, ketiga ketika akan membaca Alquran, keempat ketika bangun dari tidur, kelima ketika telah berubah bau mulut. "Baik karena tidak makan dan tidak minum, makan makanan yang berbau, lama tidak berbicara, banyak berbicara atau yang lainnya," katanya.  

Alat yang dianjurkan untuk dijadikan siwak adalah dengan menggunkan dahan pohon Arak yang tidak terlalu keras dan kering, sebab hal tersebut dapat melukai gusi dan tidak dapat menghilangkan bau mulut. Pohon Arak termasuk pohon pendek yang  diameter batangnya tidak lebih dari satu kaki, bentuk dahannya melingkar-lingkar, dedaunannya berkilau, warnanya coklat bercahaya. Bagian yang digunakan untuk siwak adalah inti akarnya.  

Cara penggunaannya adalah dengan dikeringkan kemudian disimpan di tempat yang kering dan tidak lembap. Sebelum digunakan, bagian ujung akar tersebut terlebih dahulu ditumbuk dan dihaluskan dengan alat tajam, baru kemudian digunakan untuk bersiwak. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement