REPUBLIKA.CO.ID, COIMBATORE -- Warga dari komunitas Dalit di negara bagian Tamil Nadu, selatan India, ramai-ramai masuk Islam pascainsiden tragis di Mettupalayam, Coimbatore. Setidaknya, hampir 3.000 orang dari komunitas Dalit menyatakan mereka akan masuk Islam.
Sekretaris negara Tamil Puligal Katchi, Illavenil, mengatakan kepada India Today bahwa secara hukum sekitar 430 orang telah memeluk Islam dan banyak lagi yang lainnya tengah dalam proses menjadi mualaf.
Perpindahan keyakinan itu disebutkan tidak lepas dari langkah mereka dalam memprotes peristiwa runtuhnya dinding kasta yang menewaskan 17 orang. Tembok itu roboh di deretan rumah-rumah Dalit di Nadur pada 2 Desember 2019 lalu setelah hujan lebat melanda Mettupalayam dan daerah sekitarnya.
Peristiwa ini menjadi titik puncak banyak Dalit di wilayah itu yang mengklaim mereka telah didiskriminasi. Illavenil sendiri telah masuk Islam. Ia mengatakan, mereka memutuskan untuk meninggalkan Hindu sesuai dengan apa yang dikatakan Ambedkar. Menurutnya, ia harus kehilangan identitasnya dan menyingkirkan pernyataan kasta seperti Pallar, Parayar, Sakkriyar.
"Saya dapat hidup dengan harga diri hanya ketika saya melepaskan identitas berbasis pemeran ini. Saat mengikuti Hindu karena kasta kami, kami bahkan tidak diperlakukan seperti manusia," kata Illavenil, dilansir di India News, Rabu (12/2).
Mohammed Abubaker misalnya, yang awalnya dikenal sebagai Marx, masuk Islam begitu setelah peristiwa 2 Desember.
"Kami masuk Islam semua karena ketidakadilan kasta yang berlaku dan tidak tersentuh. Misalnya, setiap dalit yang kurang mampu tidak bisa masuk ke kuil Mariamman (Dewi Durga). Toko-toko teh memiliki diskriminasi di sini. Kami tidak bisa duduk dengan orang lain secara setara di bus pemerintah," kata Mohammed.
Sedangkan anak muda lain bernama Sarath Kumar masuk Islam dan kemudian mengubah namanya menjadi Abdhuallah. Ia mengatakan, ketika 17 warga Dalit meninggal karena insiden tembok runtuh, tidak ada umat Hindu yang menyuarakan mereka. Namun, kata dia, hanya Muslim yang menyuarakan dan berdiri bersama mereka untuk melakukan protes.
"Di mana Arjun Sampath yang mengatakan bahwa dia akan menyuarakan orang-orang Hindu yang dianiaya? Di mana pemimpin itu? Saudara-saudara Muslim kita mengundang kita ke rumah-rumah mereka. Orang-orang Hindu tidak pernah memanggil kita. Apakah Anda akan membuat saya memasuki kuil umum? Kita bisa memasuki masjid mana pun ke lima masjid setelah menjadi mualaf. Saya menyembah dewa di sana dengan semua tingkatan orang. Tetapi apakah Anda mengizinkan saya memasuki kuil Mariamman dan mencari tuhan?" ujarnya.
Di daerah-daerah seperti Coimbatore di mana masuk Islam secara massal ini sedang berlangsung, ada beberapa kasus diskriminasi yang dilaporkan mulai dari masuk ke kuil-kuil hingga diskriminasi di tanah pemakaman, diskriminasi terhadap kaum Dalit di toko-toko teh dan ruang publik. Mereka masih dipanggil dengan nama kasta mereka. Meskipun banyak, terutama generasi muda, yang menentang ini.
Sebagian besar anak-anak muda kerap berbicara tentang keluhan mereka kepada pemerintah. Namun, suara mereka tidak didengar. Karena itulah, mereka lebih memilih memperjuangkan harga diri dengan cara memeluk Islam. Abdhuallah, misalnya, menggemakan sentimen dari banyak warga yang memeluk Islam.
"Kamu akan memanggil kami orang Hindu, tetapi membeda-bedakan kami dengan kasta. Kamu memanggilku Hindu, tapi kamu tidak menerimaku sebagai satu," katanya.