REPUBLIKA.CO.ID, JOS -- Sultan dari Kekhalifahan Sokoto, Alhaji Sa’ad Abubakar II, mengutarakan kekhawatirannya terkait perang kata-kata antara umat Kristen dan Muslim lewat media di Nigeria. Ia menyebut kondisi semacam itu tidaklah baik untuk kedua agama maupun untuk negara Nigeria.
"Perang media yang sedang berlangsung antara Kristen dan Muslim harus dihentikan. Situasi di mana seorang Muslim akan membuat pernyataan di media dan hari berikutnya seorang Kristen akan menyerang balik komentar tersebut, itu tidak sehat untuk kerukunan beragama," kata Sultan Abubakar.
Menurut Sultan Abubakar, kedua agama sama-sama mengajarkan untuk memaafkan. "Jika demikian, kenapa kita terlibat dalam perang media ini," ucapnya pada pembukaan KTT Nasional ke-2 tentang Koeksistensi Damai dan Pembangunan Bangsa di Jos, Nigeria, Jumat (7/2).
Sultan Abubakar pun meminta para pemimpin tertinggi kedua agama di Nigeria untuk menghentikan perang urat saraf sebelum eskalasinya menjadi tak terkontrol. Saran itu ia tujukan kepada Asosiasi Kristen Nigeria (CAN) dan Jama’tu Nasril Islam (JNI).
“Saya memohon kepada CAN dan JNI untuk memperingatkan para pemimpin mereka untuk menghentikan penggunaan media untuk mempromosikan kebencian dan perpecahan. Ketika Anda berbicara tentang rekonsiliasi, kami tidak membicarakan siapa yang benar atau salah," ujar Sultan Abubakar dilansir The Nation.
Sang Sultan menambahkan, agama di Nigeria telah diajarkan dengan cara yang salah. "Kita seharusnya berkhotbah tentang kesamaan antara Islam dan Kristen," ucapannya.
Alih-alih berdakwah soal banyaknya kesamaan, lanjut dia, para pemimpin kedua agama malah sama-sama ingin menunjukkan superioritas. Padahal, "kedua agama memiliki ketentuan yang mengatakan jika Anda tidak mencintai tetangga Anda, Anda tidak dapat mencintai Tuhan, karena tetangga Anda diciptakan oleh Tuhan," ujarnya.
Ia pun menyebut, saat ini banyak pengkhotbah palsu di Nigeria. Mereka mendaku memahami kitab suci, tapi malah mengajarkan pengikutnya tentang kebencian dan perpecahan.
Sultan Abubakar juga menegaskan soal isu kristenisasi dan islamisasi Nigeria. Menurut dia, semua itu tidaklah mungkin, sebab Nigeria adalah negara sekuler sebagaimana termaktub dalam konstitusi.
"Salah satu masalah yang kita hadapi sebagai umat adalah para pemimpin agama yang memasang mimbar dan mengatakan apapun yang mereka sukai dan lolos begitu saja," katanya.
Kekhalifahan Sokoto merupakan negara Islam di Negeria. Usai takluk dari Britania Raya, Kekhalifahan itu masuk dalam bagian negara Nigeria. Meski demikian, hingga saat ini, gelar Sultan masih melekat dan kekhalifahan itu masih memiliki posisi penting bagi Muslim di Sokoto.