Sabtu 01 Feb 2020 22:34 WIB

Kita yang Salah

Setidaknya, ada tiga kesalahan kita.

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hasan Basri Tanjung

Suatu hari Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq RA bertitah, "Wahai manusia sekalian. Kalian telah membaca ayat ini, tapi tidak sesuai dengan yang semestinya. '... jagalah dirimu, tidaklah orang yang sesat itu akan memberi madharat kepadamu apabila kamu telah mendapat hidayah...'" (QS 5:105). 

Sebab, kami mendengar Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya orang yang melihat kezaliman, tapi tidak mencegahnya, maka Allah akan menimpakan siksa kepada mereka secara merata."

Pada riwayat lain, "Tidaklah kemaksiatan dilakukan suatu kaum, kemudian mereka mampu mencegah, tetapi bukan mencegahnya, melainkan Allah akan meratakan siksa kepada mereka." (HR Abu Daud).

Setiap kezaliman adalah dosa. Kezaliman itu ada tiga macam, yakni; kezaliman yang tak diampuni (syirik), kezaliman yang tak dibiarkan (aniaya kepada sesama), dan kezaliman yang diampuni (aniaya atas dirinya). Demikian pesan Imam Hasan al-Basri dalam Kitab "Al-Mushannaf" karya Abdur Razak. Merusak alam merupakan kezaliman yang tak dibiarkan Allah SWT dan akan mendapatkan balasannya.

Nabi Muhammad SAW berpesan, "Tolonglah saudaramu baik yang zalim maupun yang dizalimi. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, kami mengerti cara menolong orang yang dianiaya. Namun, bagaimana dengan orang yang menganiaya?" Beliau menjawab, "Pegang tangannya agar tidak berbuat zalim." (HR Bukhari). Mencegah kezaliman adalah kewajiban dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar, sesuai dengan kemampuan. (HR Muslim).

Allah SWT mengharamkan kezaliman atas dirinya dan manusia. (HR Bukhari). Artinya, setiap terjadi bencana, tentu karena ulah manusia. Sebab, Allah tidak pernah zalim terhadap hamba-Nya. (QS 10:44).

Sebelum Nabi Adam AS diturunkan ke bumi, alam ini telah diciptakan dengan indah dan tertata rapi oleh Allah SWT sebagai cerminan keindahan-Nya. (HR Muslim ). Lautan dengan segala jenis ikannya. Gunung menjulang dengan pepohonannya. Daratan terbentang dengan hewan dan tumbuhannya. Sungai nan jernih dari sumber mata airnya. Dia yang telah memperindah segala sesuatu yang diciptakan-Nya (QS 32:7).

Manusia diberi amanah untuk menjaga dan memakmurkannya. (QS 2:30,11:61). Akan tetapi, manusia telah mengkhianati kepercayaan itu. Hutan dan gunung dieksploitasi. Laut dan sungai dicemari limbah dan sampah. Rawa dan danau dibangun gedung dan perumahan mewah. "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia ..." (QS 30: 41).

Akibat kerusakan ekosistem itu, harimau menyerang manusia. Gajah merusak tanaman. Pada musim hujan kebanjiran dan musim kemarau kekeringan. Bukan harimau, gajah, hujan, dan longsor yang salah, melainkan kita semua yang salah. Sebab itulah, ketika bencana melanda, jangan salahkan alam, apalagi Tuhan. (QS 43:11, 42:30, 8:25).

Setidaknya, ada tiga kesalahan kita. Pertama, merusak kelestarian alam. Kedua, tidak mencegah terjadinya kezaliman. Ketiga, para penguasa abai menjaga dan mengelola alam. Maka, sepatutnya kita mengakui kesalahan dan mohon ampun kepada Sang Pencipta.

Penyanyi legendaris Ebit G Ade melantunkan syair nan menyentak hati. "Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosadosa, atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang."

Akhirnya, memang kita yang salah dan berdosa. Mari kita lestarikan alam ini sebagai karunia ilahi, sebelum malapetaka menghantam lebih dahsyat lagi. Allahu a'lam bish-shawab. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement