Rabu 22 Jan 2020 08:19 WIB

Cara Sawahlunto agar Anak-Anak Riang Gembira ke Masjid

Pemerintah Sawahlunto mengingatkan agar anak-anak tak diusir dari masjid.

Rep: Febrian Fachri / Red: Nashih Nashrullah
Pemerintah Sawahlunto mengingatkan agar anak-anak tak diusir dari masjid. Ilustrasi anak-anak bermain di masjid.
Foto: Fakhri Hermansyah
Pemerintah Sawahlunto mengingatkan agar anak-anak tak diusir dari masjid. Ilustrasi anak-anak bermain di masjid.

REPUBLIKA.CO.ID, SAWAHLUNTO- Wali Kota Sawahlunto, Deri Asta, pada Senin (20/1) lalu meluncurkan Gerakan Masjid/Mushala Sawahlunto Ramah Anak di Masjid Agung Nurul Islam Sawahlunto. Deri menyebut gerakan ini untuk menciptakan kota layak anak yang menjamin pemenuhan kebutuhan hak-hak anak untuk beribadah di rumah ibadah.  

Dia mengatakan terkadang, ada beberapa oknum pengurus masjid yang terlalu galak dalam menertibkan anak-anak yang datang ke masjid. Sehingga hal tersebut membuat anak-anak takut buat datang ke masjid.  

Baca Juga

"Jangan marahi anak-anak yang datang ke masjid, meski mereka kadang bergelut atau membuat ribut. Jangan buat anak-anak takut datang ke masjid, tapi buatlah berbagai kegiatan positif untuk anak-anak nyaman, sehingga hatinya tertanam cinta masjid, cinta ibadah," kata Deri Asta, Rabu (21/1). 

Deri menyebut pihaknya melucnrukan Gerakan Masjid /Mushala Sawahlunto Ramah Anak untuk menciptakan generasi penerus yang cinta masjid. 

Dia berharap dari masjid dapat terbentuk karakter generasi muda yang tangguh dan beriman untuk membantu kemajuan Sawahlunto di masa depan.

Dalam kesempatan yang sama, Dewan Masjid Sumatra Barat, El Yunus, mengatakan memang selama ini kerap ditemui pengurus masjid yang cenderung bersikap kasar kepada anak-anak yang datang ke masjid.

Menurut dia, harusnya pengurus masjid, jamaah dan masyarakat harus menciptakan suasana yang ramah bagi anak di rumah ibadah. Ada paradigma yang harus diubah di masyarakat.

Ketika shalat berjamaah, menurut El Yunus, anak-anak harus diposisikan di samping orang dewasa supaya anak-anak tertib dalam beribadah. Bila anak-anak ditempatkan di belakang dengan orang-orang seusianya justru akan membuat suasana ibadah tidak kondusif karena anak-anak yang belum baligh berakal tersebut akan berkelakar saat ibadah.

"Ada paradigma di masyarakat yang harus diubah. Anak-anak seharusnya diposisikan shalat di samping orang dewasa sehingga mereka belajar tertib. Tidak ada dalil syar'i yang menyatakan anak-anak bisa memutus shaf shalat orang dewasa, sehingga mereka harus digusur ke ujung bahkan ke belakang," ucap El Yunus. 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement