Ahad 19 Jan 2020 15:28 WIB

Milenial Perlu Antisipasi Bonus Demografi

Anak muda didorong untuk berwirausaha.

Pendiri Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Entrepreneur (KAHMIPreneur), Kamrussamad.
Foto: Dok Hidayatullah
Pendiri Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Entrepreneur (KAHMIPreneur), Kamrussamad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Entrepreneur (KAHMIPreneur),  Kamrussamad mengajak generasi muda milenial menyikapi bonus demografi secara smart (cerdas). Caranya dengan melahirkan terobosan cemerlang yang berdampak bagi khalayak luas.

“Jangan sampai bonus demografi kita malah jutru menjadi bencana. Karena itu, generasi muda harus menyikapi realita ini dengan cerdas. Do something,” katanya saat menjadi pembicara talkshow “Bonus Demografi: Peluang dan Tantangan Pemuda” dalam rangkaian acara Munas VII Pemuda Hidayatullah di Jakarta, Sabtu (18/1). 

Anggota DPR RI yang karib disapa KS ini mengatakan, sesuai proyeksi, Indonesia akan menikmati masa bonus demografi 2020-2030. Bonus demografi merupakan potensi keuntungan pada pertumbuhan ekonomi ketika jumlah penduduk usia produktif melebihi jumlah usia penduduk non-produktif. Namun, jika tak cakap dalam menyikapi, bonus ini dapat menjadi masalah pelik bangsa.

KS menyebutkan, usia produktif umumnya adalah antara usia 15 hingga 65 tahun. Di sisi lain, rasio ketergantungan penduduk Indonesia terus berkurang dan sesuai proyeksi akan menuju pada titik terendah pada 2020-2030, bersamaan dengan bonus demografi. 

Dia mengilustrasikan, pada tahun 2015, angka ketergantungan penduduk Indonesia adalah sebesar 49,2 persen. Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif menanggung beban sebanyak sekitar 49 penduduk usia non-produktif.

KS  mendorong anak muda untuk jemput bola, tidak hanya menunggu dan melihat. Dia berharap anak muda memanfaatkan peluang tersebut untuk berwirausaha. Dia mencontohkan, pihaknya  di KAHMIPreneuer telah menggulirkan program pembibitan tumbuhnya wirausahawan baru. 

“Itu esensi perjuangan kita.  Kenapa?  Karena di negara ini ada Rp 2.800 triliun dana dari APBN setiap tahun yang diatur sebagai stimulan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia,” kata KS dalam rilis yang diterima Republika.co.id. 

photo
Para pemuda Hidayatullah peserta Munas VII Pemuda Hidayatullah berfoto bersama dengan Kamrussamad.

Menurutnya, amat penting adanya undang-undang atau kebijakan yang dilahirkan melalui peraturan pemerintah melalui Instruksi Presiden (Inpres)  dan seterusnya, yang kemudian diharapkan berdampak pada keberpihakan terhadap perkembangan ekonomi umat dan menunjang terobosan wirausaha pemuda. 

“Arsitektur perbankan nasional kita, konsumsinya dalam undang undang kita tidak memungkinkan pelaku usaha pemuda untuk mendapatkan kredit dari perbankan. Seharusnya, seiring dengan momentum bonus demografi, lahirnya regulasi turut mendukung kreativitas anak muda di era digital seperti ini,” imbuhnya. 

KS mendorong Pemuda Hidayatullah untuk mengambil peran yang ceruknya masih amat besar ini untuk memastikan bonus demografi yang menguntungkan, progresif dan berdaya saing. Di antaranya dia menyarankan pemuda Hidayatullah untuk membuat pelatihan kewirausahaan untuk melakukan percepatan gerakan ekonomi generasi muda Islam ke depan.

“Misalnya membuat Student Business Forum dengan menentukan fokus yang ingin kita gapai,” ujarnya seraya menambahkan, harus ada sistematisasi pola berjenjang yang dijalankan. 

“Jadi di tingkat provinsi kita bicara kebijakan regional. Ada kebijakan makro yang diambil. Ada kebijakan mikro untuk dilaksanakan di tingkat organisasi sebagai program aksi dalam rangka mendorong mengisi cekungan yang besar di kalangan dunia usaha,” pungkasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement