REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Bukhari dan Muslim memperingatkan kita akan bahaya Dajjal. Dajjal, menurut Dr Yusuf Qordhowi dalam kitab Sunnah Rasul adalah sosok yang digunakan Allah SWT untuk menguji hamba-hamba-Nya pada masa-masa fitnah, untuk mengetahui siapa yang benar-benar mengikuti Rasul dan siapa yang kemudian berbalik dari mengikutinya.
Sebagaimana diceritakan oleh sahabat Hudzaifah, di antara kemahiran tipu muslihat Dajjal adalah kemampuannya ''menyulap'' kebenaran dengan kebatilan (dan sebaliknya). Hudzaifah mengisahkan, Dajjal keluar membawa air dan api.
Yang dilihat manusia sebagai api, sebenarnya air. Sedangkan apa yang dilihat manusia sebagai air, sebenarnya adalah api. Rekayasa Dajjal semakin sempurna karena bersamanya ada dukungan materi yang melimpah. Sahabat Mughirah berkata, ''Bersamanya ada gunung roti dan sungai air.''
Melalui dua senjata utama itu (tipu muslihat dan iming-iming materi), Dajjal dikisahkan hadir di masa-masa fitnah. Sebuah masa yang tepat, sehingga Dajjal berhasil menyedot massa yang tidak sedikit, yang segera akan digiring ke dalam surganya (baca: neraka-Nya). Diceritakan, mayoritas pengikut Dajjal adalah mereka yang tidak memiliki furqon (kemampuan memilih antara hak dan batil).
Oleh karenanya, Rasulullah SAW memberi teladan kepada kita dengan berdoa kepada Allah SWT dari fitnah Dajjal. Doa ini lebih sering diucapkan Rasulullah dalam tasyahud akhir menjelang salam. "Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, dari fitnah kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah al-masikh ad-Dajjal." (HR Muslim dari Anas dan Abu Hurairah).
Meski di antara kita tidak ada yang tahu kapan, di mana, dan dalam wujud apa Dajjal itu akan muncul, namun seyogianya kita tetap berhati-hati.