Selasa 14 Jan 2020 17:25 WIB

Bantuan ACT Tembus Wilayah Terisolir di Lebak

ACT berhasil mendistribusikan bantuan kepada warga terdampak banjir dan longsor.

ACT tembus wilayah terisolir di Lebak untuk membantu mendistribusikan bantuan.
Foto: ACT
ACT tembus wilayah terisolir di Lebak untuk membantu mendistribusikan bantuan.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sekitar 80 Kepala Keluarga (KK) di Kampung Gunung Julang, Desa Lebaksitu, Kecamatan Lebak, Banten menerima sejumlah bantuan dari Aksi Cepat Tanggap (ACT). Desa Lebaksitu telah terisolir sejak awal banjir di awal 2020 dan hanya bisa dilalui berjalan kaki dengan jarak 2-3 kilometer. Dengan kondisi yang ada, ACT berhasil mendistribusikan bantuan kepada warga terdampak banjir dan longsor di daerah ini.

Hingga kini, sebanyak 12 titik longsor menutup jalan ke Kampung Gunung Julang. “Tim membawa bantuan menggunakan mobil. Tapi ternyata sampai di tengah jalan, mobil sudah tidak mendapatkan akses ke Kampung Gunung Julang karena tertutup longsor. Akhirnya tim ACT memikul bantuan sambil berjalan sekitar 2-3 kilometer menuju Kampung Gunung Julang,” ujar Okta Imron selaku Komandan Posko Induk ACT di Lebak, seperti dalam siaran persnya.

Baca Juga

Bantuan yang diberikan antara lain berupa paket pangan terdiri dari Beras Wakaf, Air Minum Wakaf dan paket sembako lainnya. Selain itu warga mendapatkan sejumlah popok bayi, alat-alat sekolah, kain pel, dan sapu air.

“Sejumlah bantuan itu kita berikan ke Kantor Lurah Lebaksitu, untuk kemudian diberikan kepada sejumlah warga yang terdampak bencana. Harapan kita bantuan ini dapat membantu warga sampai jalan menuju desa bisa diakses kembali,” ujar Okta.

photo
ACT tembus wilayah terisolir di Lebak untuk membantu mendistribusikan bantuan.

Selain Desa Lebaksitu di Banten, terdapat Kampung Sibentang dan Kampung Sihuut di Kabupaten Bogor juga mengalami hal serupa. Jalan utama  menuju Kampung ini terputus. Tak ada kendaraan yang dapat mencapai lokasi, termasuk roda dua.

Imam Al Daffa dari tim Posko ACT mengatakan, untuk mengakses beberapa kampung di desa tersebut hanya dapat dilakukan dengan berjalan kaki. Medan yang dilewati dengan berjalan kaki pun cukup berat, karena harus melewati area persawahan serta titik-titik yang masih rawan longsor susulan.

“Saat ini masih banyak kampung yang terisolir karena aksesnya terputus, mereka juga tak dapat menikmati listrik karena alirannya ikut terputus. Untuk urusan pangan pun warga tak dapat berbuat banyak, hanya mengandalkan bantuan yang masuk ke kampung mereka atau salah satu perwakilan dari kampung mereka keluar untuk mencari bantuan,” jelas Imam.

Selain itu juga terdapat Kampung Sinar Harapan di Desa Harkat Jaya, Kabupaten Bogor yang sempat terisolir akibat timbunan longsor yang cukup luas. Di kampung ini terdata 7 orang meninggal dunia dan tiga lainnya masih dalam pencarian. Saat ini, kampung itu telah kosong, tak ada lagi kehidupan warga setelah sempat terisolir di bawah ancaman bencana longsor susulan.

ACT sendiri yang sejak hari pertama kejadian bencana sudah mengirimkan tim tanggap darurat, hingga kini pun terus melakukan pendampingan. Selain diturunkan tim untuk ikut membuka jalur bersama tim pencarian dan pertolongan gabungan, ACT juga terus mendistribusikan kebutuhan makanan siap santap serta kebutuhan lainnya.

Selain itu, Tim Medis ACT juga ikut untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga, mulai dari pengobatan hingga bantuan psikososial. Melalui program #BersamaAtasiBencana, ACT terus mengajak dermawan untuk membantu para penyintas banjir dan longsor. Sahabat Dermawan dapat berdonasi langsung melalui tautan www.Indonesiadermawan.id/BersamaAtasiBencana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement