REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTASenin sore nanti, KH Yahya Cholil Staquf, Katib Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang juga telah diserahi mandat sebagai Duta Gerakan Pemuda Ansor untuk Dunia Islam, bertolak ke Vatikan untuk hadir sebagai salah satu dari enam orang wakil dari Dunia Islam dalam suatu pertemuan tingkat tinggi agama-agama Ibrahim.
“Sebenarnya, ini undangan kedua ke Vatikan sejak saya bertemu Paus bulan September yang lalu. Pada Bulan Oktober saya juga diundang kesana untuk mengikuti Konvensi Tentang Euthanasia, tapi saya tidak bisa hadir karena terikat tugas di Tanah Air. Kali ini saya harus hadir karena agendanya luar biasa penting,'' kata Yahya Staquf, kepada Republika.co.id,Ahad (12/1).
Menurutnya, pertemuan kali ini diinisiasi oleh “Multi-Faith Neighbours Network” (Jaringan Tetangga Antar Agama), sebuah organisasi Amerika yang diawaki oleh Imam Mohamed Magid, Imam Eksekutif All Dulles Area Muslim Society (ADAMS) Center (Pusat Komunitas Muslim Wilayah Dulles) di Sterling, Virginia; Pastor Bob Roberts, pendiri Gereja Northwood di Keller, Texas; dan Rabbi David Saperstein, Presiden World Union for Progressive Judaism (Perserikatan Yahudi Progresif Seluruh Dunia).
Tokoh-tokoh dari tiga agama Ibrahim (Islam, Kristen dan Yahudi) akan bertemu dan bermusyawarah mulai hari Selasa, 14 Januari 2020, sampai dengan Jum’at, 17 Januari 2020, untuk membangun gerakan bersama bagi perdamaian.
Masing-masing agama akan diwakili oleh enam orang tokoh. Dari kalangan Islam, selain KH Yahya Cholil Staquf, akan hadir Syaikh Abdul Karim Khasawneh, Grand Mufti Yordania; Syaikh Abdullah Bin Bayah dari Dewan Fatwa Uni Emirat Arab; Sayyed Yousif Al Khoei, Direktur Pusat Studi Akademik Syiah di Inggris; Imam Hassan Qazwini dari Institut Islam Amerika di Michigan; dan Dr Ingrid Mattson, professor dari University of Western Ontario, Kanada.
Kalangan Kristen diwakili antara lain oleh Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot, Presiden Pontifical Council for Interreligious Dialogue (Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Agama) dan Prof. Dr. Thomas K. Johnson, Duta Besar World Evangelical Alliance untuk Vatikan dan untuk Humanitarian Islam. Sedangkan Kalangan Yahudi diwakili oleh Chief Rabbi David Rosen, Direktur Internasional untuk Masalah-masalah Agama dari American Jewish Committee beserta sejumlah Rabbi senior dari Amerika, Italia dan lain-lain.
Penyelenggara menyatakan bahwa partisipasi Gus Yahya dalam Pertemuan Tingkat Tinggi ini mutlak diperlukan. Dalam surat undangannya kepada Gus Yahya, Pastor Bob Roberts atas nama Multi-Faith Neighbours Network mengatakan,
“Kepemimpinan Anda yang mendunia dalam Humanitarian Islam dan kegigihan Anda untuk mewujudkan tindakan-tindakan nyata akan sangat memperkaya Abrahamic Faiths Initiative serta implementasi dan dampak globalnya."
Bahkan Pemerintah Amerika Serikat yang ikut mendukung inisiatif ini merasa perlu untuk meminta secara langsung kehadiran Gus Yahya. Samuel D Brownback, Duta Besar Keliling Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama, mengirim surat pribadi kepada Gus Yahya .
“Adalah harapan terbesar saya bahwa Anda dapat bergabung dengan kami untuk mendiskuikan agama-agama kita sebagai landasan menuju perdamaian. Upaya yang akan kami lakukan hanya mungkin terwujud dengan kehadiran Anda,'' kata Briwnback.
Gus Yahya sendiri akan membawa wawasan-wawasan tentang Cita-cita Peradaban Mulia yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, beserta rencana-rencana strategis yang telah dibangun di lingkungan Nahdlatul Ulama, seperti: “Deklarasi Nahdlatul Ulama ISOMIL, 2016”; “Deklarasi Global Unity Forum I GP Ansor, 2016”; “Deklarasi GP Ansor Tentang Humanitarian Islam, 2017”; “Manifesto Nusantara GP Ansor, 2018”; dan Hasil-hasil Musyawarah Nasional Alim-Ulama Nahdlatul Ulama di Kota Banjar, 2019.