REPUBLIKA.CO.ID, Di dalam agama Islam air penting sebagai sarana ibadah. Air diperlukan untuk bersuci sebagai salah satu syarat sebelum menunaikan shalat yang merupakan ibadah pokok dalam ajaran Islam.
Berwudu sebagai salah satu syarat sah shalat dilakukan dengan cara membasahi atau mencuci bagian-bagian tertentu dari anggota badan dengan air bersih (suci dan menyucikan). Perintah berwudu dan mandi junub dengan menggunakan air bersih terdapat dalam Alquran surah al-Maidah ayat 5-6.
Dalam Alquran, mengutip buku Air Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), banyak ayat yang membicarakan masalah air dan fungsinya di alam, misalnya tentang asal dan penopang kehidupan, daur hidrologi, sarana transportasi, dan sebagainya, bahkan surga dilukiskan sebagai kebun yang dialiri sungai-sungai yang jernih.
Allah SWT pernah mengazab umat-umat terdahulu yang ingkar dan melampaui batas dengan air sehingga menimbulkan kerusakan di muka bumi, antara lain umat Nabi Nuh, Fir’aun, kaum Saba’, dan umat-umat lainnya.
Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan bahwa air merupakan barang yang penting dan diperlukan, tetapi juga dapat menjadi sumber masalah dan bencana.
Terdapat lebih dari 200 ayat Alquran yang mengandung kata air atau hal yang berhubungan dengan air, seperti hujan, sungai, laut, awan, mata air dan lain-lain. Di antara ayat-ayat itu terdapat uraian tentang proses-proses air di alam dengan ringkas tetapi sangat jelas, misalnya proses terjadinya hujan dan daur air.
Beberapa peristiwa alam yang berkaitan dengan air disebutkan dalam bentuk sumpah (qasam). Proses-proses alam yang berkaitan dengan air banyak pula dipakai sebagai kiasan dalam menggambarkan hubungan sebab suatu perbuatan (amal) dengan akibatnya yang akan diperoleh manusia baik di dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman dalam surah al-Hijr ayat 45, Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir).
Keberadaan air di akhirat, peran dan pengaruhnya bagi manusia sangat tergantung pada amalan-amalan yang telah diperbuat terdahulu semasa masih di dunia. Keberadaan air di mana-mana, termasuk di surga dan neraka, mengindikasikan bahwa air tidak pernah terpisah jauh dari kehidupan manusia.
Bahkan pada kenyataan yang kita hadapi di dunia ini pun, air merupakan benda bermanfaat bagi manusia, acapkali menimbulkan masalah dan bencana.
Secara langsung dan tidak, manfaat dan persoalan yang berkaitan dengan air pada dasarnya akibat tindakan manusia. Sementara itu cara kita berperilaku sehubungan dengan air tampaknya lebih banyak diatur dalam hadis, misalnya, Permintaan seseorang yang tidak boleh ditolak, apabila persediaan cukup, adalah air, api, dan garam.
"Ayahku meminta izin kepada Rasulullah, kemudian ia masuk, mencium, dan duduk bersanding dengan beliau. Lalu ia bertanya, “Wahai Rasulullah, permintaan apakah yang tidak boleh ditolak?” Beliau menjawab, “Air.”
Ia bertanya lagi, “Wahai Nabi Allah, permintaan apa lagi yang tidak boleh ditolak?” Beliau menjawab, “Garam.” Ia bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, permintaan apa lagi yang tidak boleh ditolak?” Beliau menjawab, “Kebaikan yang engkau lakukan adalah baik bagimu.” (Riwayat Abu Dawud dengan sanad daif dari seorang wanita yang biasa dipanggil Buhaisah)
Salah satu sedekah yang akan memberikan pahala yang mengalir adalah menggali sumur untuk umum. “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, lalu sedekah apakah yang lebih utama (agar pahalanya sampai kepada roh beliau)?” Rasulullah menjawab, “Air.” Kemudian Sa‘d menggali sebuah sumur, ia berkata, “Sumur ini aku persembahkan untuk Ibu Sa’d” (Riwayat Abu Dawud dari Sa’d bin Ubadah)
Kedua hadis di atas menunjukkan bahwa air memiliki peran sosial yang penting. Hadis tentang perilaku terhadap air ini umumnya mengatur hubungan antarmanusia.