Selasa 07 Jan 2020 23:41 WIB

Menko PMK Ajak DDII Turut Luruskan Stereotip Islam

Islam banyak disalahpahami oleh dunia luar sebagai radikal.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nashih Nashrullah
Simposium Nasional Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir, Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), Senin (6/1).
Foto: Republika/ Wahyu Suryana
Simposium Nasional Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir, Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), Senin (6/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, menjadi pemateri dalam Rakornas Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Muhadjir membahas tema Strategi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Menuju Indonesia Maju. 

Dalam paparannya, dia menyayangkan sosok Pendiri DDII, Mohammad Natsir, yang kerap digambarkan seolah di luar ciri-ciri Pancasila. Padahal, Muhadjir merasa, tidak ada satupun pendapat Natsir dan tokoh-tokoh DDII maupun Masyumi yang anti-Pancasila. 

Baca Juga

Bahkan, kata Muhadjir, seolah tokoh-tokoh Masyumi terus digambarkan ingin mendirikan negara Islam. Dia berpendapat, pandangan-pandangan yang menyasar ke tokoh-tokoh Masyumi atau Dewan Dakwah seperti itu jelas menyesatkan dan harus dapat diluruskan.  

"Saya kira itu menyesatkan, jadi mari kita mencoba melakukan semacam refleksi, melihat ulang, menatap ke depan, meluruskan arah perjuangan umat Islam sebagai bagian tidak terpisahkan perjuangan negara ini," kata Muhadjir di Asrama Haji Yogyakarta, Selasa (7/1).

Dia meyakini, jika kita tidak pandai membawa umat secara bijak dan arif, Islam akan dioplosi penyimpangan-penyimpangan yang harusnya tidak terjadi. Hari ini, misal, Islam kerap dikaitkan dengan pelaku-pelaku terorisme atau tindakan-tindakan radikal.

Menurut Muhadjir, tidak bisa cuma mengatakan isu radikalisme atau isu terorisme dibuat pihak-pihak yang membenci Islam tanpa usaha meluruskan. Karenanya, dia mengajak Dewan Dakwah untuk mengambil peran besar meluruskan pandangan masyarakat dunia terhadap Islam. "Mohon Dewan Dakwah menjadi bagian terdepan dalam rangka meluruskan," ujar Muhadjir.

Sekretaris Umum Dewan Dakwah, Avid Solihin, menuturkan paparan Menko PMK soal pembangunan manusia di Indonesia menjadi masukan penting bagi DDII. Utamanya, untuk menentukan di sisi-sisi mana saja DDII dapat berperan dalam pembangunan manusia di Indonesia. 

Terlebih, dia mengatakan DDII sejak awal memang hadir tidak cuma oleh tokoh-tokoh Masyumi, tapi melanjutkan pula perjuangan mereka. Khususnya, menjalankan ajaran Islam, mendakwahkan ajaran Islam yang sebenar-benarnya kepada masyarakat Indonesia.

Ini sejalan dengan apa yang dilakukan Sang Pendiri, Natsir, yang tidak membawa DDII untuk sekadar konsen ke pendidikan yang kala itu sudah banyak diambil Muhammadiyah, atau ke pesantren yang dulu sudah banyak diambil NU. Tapi, masyarakat secara lebih luas lagi.

"Natsir menugaskan kami ke daerah-daerah tertinggal, terluar, terdalam, dan alhamdulillah hari ini Dewan Dakwah sudah memiliki SD, SMP, SMA dan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir," kata Avid.

Kali ini, Rakornas DDII sendiri berlangsung dua hari mulai 7-8 Januari 2020, dan telah diawali Simposium Nasional yang digelar di Universitas Islam Indonesia. Selain itu, digelar pula Rakornas Muslimat DDII 2020 yang turut berlangsung di Yogyakarta. (Wahyu Suryana)

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement