Senin 06 Jan 2020 15:51 WIB

Simposium Nasional DDII Perkuat Pilar Dakwah di Indonesia

DDII berkomitmen untuk mengembangkan dakwah Islam di Tanah Air.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nashih Nashrullah
Simposium Nasional Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir, Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), Senin (6/1).
Foto: Republika/ Wahyu Suryana
Simposium Nasional Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir, Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), Senin (6/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) menggelar Simposium Nasional. 

Dalam simposium yang bekerjasama dengan Universitas Islam Indonesia (UII) di Kampus Terpadu UII itu, Ketua Umum DDII, Drs Mohammad Siddik, mengungkapkan tujuan Mohammad Natsir mendirikan DDII yang tidak lain untuk menghimpun potensi umat Islam yang sangat besar. 

Baca Juga

Dalam gerakannya, DDII memiliki dakwah yang membina dan membangun. Untuk itu, simposium nasional DDII mengangkat tema Optimalisasi Tiga Pilar Dakwah Guna Memperkokoh NKRI Menuju Indonesia Maju yang Diridhoi Allah SWT. Tiga pilar itu ada masjid, pesantren dan kampus.

"Simposium nasional ini diharapkan bisa memperkuat lagi sendi-sendi pilar dakwah tersebut," kata Siddik di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII, Senin (6/1).

M Siddik juga  menekankan hubungan DDII dan UII sangat erat. Selain Pendiri DDII, Mohammad Natsir, termasuk mendirikan UII sementara itu pendiri UII, Kahar Mudzakkir, termasuk mendirikan DDII.

Seperti Natsir dan Mudzakir, Siddik turut mengenang sosok karismatik  Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Mereka disebut telah berjasa besar mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Membacakan pidato sambutan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Plt Kabiro Bina Mental Spiritual Pemprov DIY, Arida Utami menilai, simposium ini salah satu langkah strategis melaksanakan ketentuan organisasi.

Selain itu, dia menuturkan, simposium ini dilaksanakan untuk mengevaluasi program-program yang telah dikerjakan. Arida berharap, simposium ini bisa meningkatkan dan memantapkan kualitas dan eksistensi diri.

"Keberadaan ulama diharap mampu memaksimalkan perannya dan fungsinya, ulama tidak boleh diam apalagi apatis menghadapi fenomena masyarakat," ujar Arida.

Dia berharap, ulama tetap berdiri di garis depan, tidak cuma mengokohkan sendi-sendi moral. Artinya, kata Arida, ulama yang cakupannya luas harus bisa mencerahkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pada kesempatan itu, Rektor UII, Fathul Wahid menyampaikan, ada irisan besar DDII dan UII. Misi yang diusung DDII disebut sejalan nilai-nilai yang sejak berdiri sampai saat ini dirawat di UII.

Fathul berpendapat, DDII bertekad mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat Indonesia yang Islami dan NKRI yang kuat dan sejahtera. Ia merasa, nilai-nilai kebangsaan dan keislaman sangat jelas tertuang di sana.

"Ini konkruen dengan UII, saya sering memanjangkan UII bukan Universitas Islam Indonesia tapi Universitas Islami Indonesiawi, atau terjemahan versi arabnya Al jamiah Al islamiyyah Al indonesiyyah," kata Fathul.

Simposium sesi pertama membahas Masjid Sebagai Pusat Pembinaan Umat. Diisi Natsir Zubaidi dari Dewan Masjid Indonesia, Ketua Takmir Masjid Al Falah Surabaya Mahfudz Arief dan Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Muhammad Jazir ASP.

Sesi kedua membahas Pesantren Sebagai Basis Perjuangan Umat dan Pusat Kaderisasi. Diisi Ketua BKSPPI KH Didin Hafiduddin, Pengasuh Ponpes Gontor KH Hasan Abdullah Sahal dan pengasuh Ponpes Sidogiri KH Nawawi Abdul Djalil.

Sedangkan, sesi ketiga membahas Kampus Sebagai Pusat Pembinaan Calon Pemimpin Bangsa. Diisi Ketua Asosiasi Lembaga Dakwah Kampus Ahmad Heryawan, praktisi dakwah kampus Mohammad Hafiedz dan Ketua Lembaga Dakwah Kampus UII.

Simposium nasional itu sendiri tidak menjadi agenda satu-satunya. Sebab, DDII akan pula menggelar Rakornas DDII dan Rakornas Muslimat DDII yang akan dilalsamalam di Asrama Haji Yogyakarta.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement