REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang, KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus mengungkapkan bahwa Gus Dur selalu konsisten menjadi manusia yang memanusiakan manusia. Karena, selama hidupnya Gus Dur telah menjelajahi ilmu melalui banyak pesantren.
Gus Mus mengatakan, Gus Dur pernah mengaji ke pondok pesantren Tambak Beras yang konsen dalam mengajarkan Ushul Fikih, pesantren Den Anyar yang konsen dalam hal ilmu fikih, pesantren Sarang yang konsen dalam nahwu-sharraf, pesantren Krapyak Yogyakarta yang konsen dalam hal lughat (bahasa), hingga ke pesantren Tegalrejo yang mengajarkan tasawuf.
“Mulai nahwu sarraf sampai tasawuf dipelajari, ngaji semua. Sehingga sampai ketataran jadi manusia. Sampean kalau ngaji sampai tingkat atas akan menjadi manusia,” ujar Gus Mus dalam acara Haul Gus Dur ke-10 di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12) lalu.
Jika belum sampai ke titik itu, menurut Gus Mus, manusia terkadang masih berbau buaya, ular, dan lain sebagainya. Gus Mus menjelaskan, biasanya pesantren akan meminta santrinya untuk mengajarkan ilmunya atau mengamalkannya. Namun, kata dia, yang terbanyak adalah santri yang mengamalkan ilmunya.
“Jadi orang disebut orang alim, bukan hanya orang yang ngerti ilmu, bukan orang yang pandai, tapi yang mengamalkan,” jelasnya.
Menurut Gus Mus, puncak dari orang alim itu kalau dia sudah menjadi manusia seperti yang diajarkan Nabi Muhammad Saw, yaitu manusia yang mengerti manusia dan manusia yang memanusiakan manusia. Hal itulah yang telah dicapai Gus dur dalam hidupnya, berbeda dengan kebanyakan para pemimpin saat ini.
“Sekarang banyak sekali pemimpin itu yang tampaknya seperti manusia, tapi gak ngerti manusia. Kalau tidak seperti dia dianggap tidak manusia. Jadi ukurannya manusia itu dia,” tutupnya.