Selasa 31 Dec 2019 23:04 WIB

Habib Jindan: Jika Ingin Selamat, Harus Khusnul Khatimah

Habib Jindan ungkap keterkaitan penutupan tahun dengan sakaratul maut.

Rep: Ali Mansur/ Red: Muhammad Hafil
Pimpinan Yayasan Al-Fachriyah Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan saat memberi tausiyah di acara Dzikir Nasional Republika di Masjid At Tin, Jakarta, Selasa (31/12).
Foto: Putra M Akbar/Republika
Pimpinan Yayasan Al-Fachriyah Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan saat memberi tausiyah di acara Dzikir Nasional Republika di Masjid At Tin, Jakarta, Selasa (31/12).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sejumlah ulama turut memberikan ceramah pada puncak acara Festival Republik dan Dzikir Nasional di Masjid At-Tiin, Jakarta Timur, Selasa (31/12). Salah satunya ceramah agama yang disampaikan oleh Pimpinan Yayasan Al-Fachriyah Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan. Salah satu poin yang disampaikan oleh Habib Jindan adalah mengenai ketertaitan antara penutupan tahun dengan penutupan kehidupan atau sakaratul maut.

Menurut Habib Jindan, penutupan yang paling dinantikan umat manusia dan harus dimuliakan adalah penutupan usia di dunia ini. Jika seseorang ingin selamat di akhirat kelak, maka dia harus khusnul khatimah saat menutup usianya, dalam hal ini sakaratul maut. Namun untuk meraih khusnul khatimah seseorang dapat dilihat dari kebiasaannya menutup hari hingga tahunnya. "Bagaimana ia menutup hari-hari-harinya, bulan-bulannya, dan tahun-tahunnya," ujar Habib Jindan di depan para jamaah.

Baca Juga

Selain itu, Habib Jindan juga menyampaikan bahwa amalan seseorang juga dilihat dari penutupannya atau amalan dalam akhir ayatnya. Sebab amalan yang menjadi penentu adalah amalan akhirnya. Jika seseorang beramal buruk dalam kesehariannya kemudian diakhir-akhir hidupnya ia beramal baik, maka ia khusnul khatimah. Tetapi sebaliknya jika dalam kesehariannya dia beramal saleh tapi jelang kematiannya ia beramal buruk maka ia su'ul khatimah. Tentu saja amal-amal sebelum akan sia-sia dan termasuk orang-orang merugi.

"Innamal a'malu bil khawatim atau sesungguhnya amalan itu tergantung penutupannya. Maka ketika Allah memuliakan kita dengan amal ibadah kita jangan ge'er dulu, jangan sombong. Sebab tidak tahu kita ditutup seperti apa, kita hanya bisa berusaha dan berdoa," tambahnya.

Oleh karena itu, Habib Jindan mengingatkan, saat dimuliakan oleh Allah dengan ketaatan kesalehan, jangan mencemooh atau merendahkan orang lain. Bahkan dilarang untuk menghakimi keimanan seseorang tapi yang perlu adalah intropeksi diri. Sebab tidak menutup kemungkinan orang yang amalan buruk bahkan tidak beriman tapi justru diakhir hidupnya di masuk Islam dan khusnul khatimah.

Disamping itu, lanjut Habib Jindan, detik-detik penutupan usia yang terbayang oleh seseorang adalah keseharianya. Ia menganalogikan seseorang yang sedang menghadapi sakaratul maut seperti manusia yang tengah terkena gangguan jiwa. Misalnya seseorang dokter mengidap gangguan jiwa pasti omongannya melantur, tapi yang keluar dari mulutnya adalah yang menjadi profesi sehari-harinya.  Begitu juga saat seseorang menghadapi kematian, maka terbayang olehnya adalah kesehariannya.

"Pastinya ini akan menyulitkan ketika dia hendak dituntun untuk mengucapkan kalimat syahadat. Dia tidak bisa menyebut laa ilaaha illallah, yang keluar dari mulutnya itu kesehariannya," tutur Habib Jindan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement