Senin 30 Dec 2019 05:27 WIB

Pergantian Tahun: Mari Bermuhasabah

Manusia merugi apabila waktu dibiarkan berlalu tanpa adanya peningkatan amal.

Muhasabah Akhir Tahun Republika. Ribuan jamaah mengikuti Muhasabah Akhir Tahun Republika di Masjid Pusdai, Kota Bandung. (ilustrasi)
Foto: Mahmud Muhyidin
Muhasabah Akhir Tahun Republika. Ribuan jamaah mengikuti Muhasabah Akhir Tahun Republika di Masjid Pusdai, Kota Bandung. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam diimbau untuk mengisi malam pergantian tahun dengan kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas iman dan takwa. Tinggalkan kegiatan yang bersifat hura-hura dan ganti dengan memperbanyak zikir, shalawat, dan doa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, memang tidak ada tuntutan bagi umat Islam untuk berzikir pada pergantian tahun. Sebab, berzikir atau mengingat Allah bisa dilaksanakan kapan saja dan di mana saja.

Baca Juga

"Akan tetapi, zikir di tahun baru tidak terlarang, asalkan tidak diwajibkan. Umat Islam bisa mengisi malam tahun baru dengan berzikir, bermunajat, dan bermuhasabah," kata Abdul Mu'ti kepada Republika, Ahad (29/12).

Menurut dia, kegiatan zikir pada pergantian tahun merupakan budaya baik dan bisa menjadi konter atas budaya Barat yang sekuler. Apalagi, saat ini momen pergantian tahun sering diisi dengan berbagai hiburan dan pesta. "Mengisi tahun baru dengan berzikir jauh lebih bermanfaat secara sosial dan spiritual. Berpesta tidak banyak manfaatnya," kata Mu'ti.

Wakil Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) KH Jeje Zainuddin turut mengingatkan umat Islam untuk tidak mengisi tahun baru Masehi dengan hura-hura. Ia menyampaikan, tidak ada pergantian waktu yang harus dirayakan menurut syariat Islam.

Melainkan, kata dia, pergantian waktu itu harus ditafakuri oleh umat sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah SWT. "Wajib bersyukur jika waktu yang berlalu itu dilewati dengan amal terbaik kita dan patut disesali jika waktu berlalu dengan kesia-siaan," katanya.

Ia menambahkan, manusia merugi apabila waktu dibiarkan berlalu begitu saja tanpa adanya peningkatan amal. Meskipun hanya satu detik, setiap waktu yang dilalui akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. "Bagi setiap Muslim, pergantian waktu satu detik pun adalah suatu peristiwa besar. Apalagi pergantian masa satu tahun," kata dia.

Oleh karena itu, KH Jeje mengajak seluruh umat Islam agar tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu. Namun, gunakanlah waktu yang dapat meningkatkan kualitas iman dan takwa. "Kaum Muslimin hendaknya mengakhiri dan memulai setiap waktu dengan bermuhasabah," katanya.

Ada begitu banyak kegiatan keagamaan yang menjadi alternatif bagi umat Islam untuk mengisi waktu di pergantian tahun. Harian Republika pun kembali menggelar Festival Republik dan Dzikir Nasional di tiga daerah, yaitu di Masjid st-Tin, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur; Masjid Pusdai, Bandung; dan Masjid Jogokariyan, Yogyakarta.

Khusus di Jakarta, kegiatan tersebut digelar pada 27-31 Desember 2019 dengan mengangkat tema "Membangun Generasi Unggul". Sejumlah ulama dan tokoh Islam akan memberikan tausiyah dan memimpin zikir serta doa di acara puncak Dzikir Nasional, antara lain Ustazah Mamah Dedeh, pemeran utama film "Ketika Cinta Bertasbih" Ustaz Cholidi Asadil, dan Ketua Komisi Dakwah MUI KH Muhammad Cholil Nafis.

Menjelang tengah malam, diselenggarakan doa dan zikir akhir tahun bersama Ustaz Abdul Syukur dari Majelis az-Zikra yang didirikan almarhum KH Muhammad Arifin Ilham. Festival Republik juga dimeriahkan dengan pameran buku, busana Muslim, pernak-pernik dan produk Islami selama acara berlangsung. Selain itu, ada kuliner halal dan Republik Kopi yang bisa dinikmati pengunjung selama kegiatan berlangsung.

Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengapresiasi penyelenggaraan Festival Republik dan Dzikir Nasional. MUI juga mengapresiasi dampak positif dari Dzikir Nasional yang diselenggarakan secara konsisten. "Acara serupa sudah banyak kita temukan di mana-mana. Ini membuat tahun baru di samping ada dimensi kegembiraannya, juga ada dimensi keagamaannya, sehingga arti dan maknanya jelas sangat besar bagi kemajuan bangsa kita ke depan," ujarnya.

Di Bandung, Jawa barat, Republika bekerja sama dengan Pusat Dakwah Islam (Pusdai) dalam menggelar muhasabah di malam pergantian tahun. Acara akan digelar pada Selasa (31/12) di Masjid Pusdai yang juga rangkaian kegiatan milad Pusdai. Menurut Ketua Panitia Milad Pusdai, Zulkarnain, muhasabah rutin digelar setiap akhir tahun sebagai refleksi bagi umat Islam.

Zulkarnain menilai kegiatan ini merupakan sarana dan momentum penting bagi umat Islam di Jabar agar bisa lebih pandai melihat apa yang telah dilakukan dan menyongsong masa depan yang lebih baik. Makna muhasabah lainnya, kata dia, bersama-sama merenungkan potensi apa yang ada dalam dirinya untuk melangkah ke masa depan dengan memegang teguh agama.

"Saya optimistis kalau semua masyarakat Jabar bermuhasabah, potensi Jabar akan semakin besar dan menjadikan Jabar provinsi maju, lahir dan batin," katanya.

Zulkarnain pun sangat senang melihat perubahan yang terjadi pada umat Islam dalam mengisi malam pergantian tahun. Dalam beberapa tahun belakangan, kata dia, banyak masyarakat yang mengisi malam pergantian tahunnya dengan datang ke masjid. Hal ini berawal dari pengelola yang mulai membuka masjid tak hanya untuk kegiatan ibadah rutin seperti shalat. Sehingga, banyak masjid di Jabar menggelar acara muhasabah, tak hanya Pusdai.

"Alhamdulillah, sekarang juga banyak yang berhijrah membuka masjid secara umum. Ini seperti masjid di zaman Rasulullah, masjid tak hanya berfungsi ibadah tapi untuk sosial juga," paparnya.

Saat ini, kata dia, hampir semua masjid membuka diri bukan hanya untuk kegiatan tahun baru saja. Tapi juga memfasilitasi kegiatan lainnya. "Alhamdulillah umat Islam mengisi waktu dengan ibadah dan tak hanya hura-hura," katanya.

Menurut dia, fenomena ini merupakan hal yang sangat luar biasa. "Masyarakat ilmu agamanya semakin dalam. Selain itu, ulama pun selalu mengingatkan manfaat dan mudarat memperingati tahun baru, jadi umat semakin sadar," katanya. n ali yusuf/fuji eka permana/arie lukihardianti ed: satria kartika yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement