Jumat 27 Dec 2019 06:01 WIB

Irul dan Bisnis Sosial Anti-Mainstream Ratusan Juta Rupiah

Ia adalah penerima beasiswa ISDP Laznas BSM Umat.

Irul, wiraswastawan ayam hias.
Foto: Dok Laznas BSM Umat
Irul, wiraswastawan ayam hias.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Namanya Irul. Ia mahasiswaFakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang merupakan salah satu awardee beasiswa Islamic Sociopreneur Development Program (ISDP) Laznas BSM Umat. 

Berbeda dari kebanyakan pemuda seusianya, Irul memilih untuk berbisnis ayam hias. ‘Ayam Hias Jawa Tengah’ adalah usaha yang sedang digelutinya saat ini. 

Irul sudah menjalani usahanya sejak 2017.  Bisnisnya  berawal dari membeli dan memelihara seekor ayam hias di kontrakannya. Yam yang dibeli Rp 1juta itu dia jual kembali dengan harga Rp 2 juta.  Hobinya itu berkembang hingga kini Irul memiliki puluhan ayam hias yang bernilai ratusan juta rupiah.

Irul memang menyukai unggas semenjak kecil. Masa kecilnya yang prihatin menjadikan Irul mandiri untuk mencari uang sendiri. Irul kecil harus memulung untuk mendapatkan uang yang kemudian ia putar untuk berjualan ikan cupang. Saat itu ia harus menabung untuk membeli kebutuhannya. Saat kuliah, dengan doa dan dukungan penuh dari kedua orang tuanya, Irul berhasil menjadi mahasiswa teknik peternakan UGM. Sebelumnya Irul sempat diterima di tiga perguruan tinggi negeri ternama lainnya. Irul tidak hanya berprestasi intra kampus. Ia  juga pernah berkunjung ke Jepang untuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional dan mempresentasikan Jurnal Internasionalnya di Jerman.

Usaha yang digeluti Irul memang masih satu wilayah dengan jurusannya. Setelah sebelumnya berkecimpung di usaha susu murni dengan kapasitas sampai 100 liter per hari, Irul memutuskan untuk mengundurkan diri dari management dan fokus pada usaha ayam hiasnya.

Irul memang memiliki passion dengan ayam hias. “lihatnya aja udah hilang capekku,” komentar Irul mengenai usahanya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Irul merasa, perkuliahan yang sejalan dengan bisnisnya itu sangat membantunya dalam menjalankan bisnis. Irul bahkan pernah menjadi juri di berbagai kontes ayam hias, konsultan ayam hias dan asisten unggas di Fakultas Peternakan UGM. Ayam Hias Jawa Tengah berbasis di Klaten, Jawa Tengah. Irul memberdayakan beberapa rumah tangga untuk dijadikan mitra usahanya. 

Mitra rumah tangga tersebut turut merawat ayam hias. “Saya membeikan pakan intensif kepada mereka setiap bulan,” ujarnya.

Jika ayam hias yang mereka ternakkan laku terjual, maka Irul akan memberikan keuntungan bersih sebesar 50 persen kepada mitranya. “Alhamdulillah, para mitra Ayam Hias Jawa Tengah itu sangat senang,” tuturnya.

Bukan hanya memberdayakan lahan kosong dan waktu kosong warga, tetapi juga memberikan penghasilan tambahan kepada mereka yang kadangkala bernilai jutaan rupiah sekali jual.

Irul merasakan banyak manfaat yang didapatkan sebagai awardee program beasiswa ISDP. “di ISDP saya dapat menambah jaringan dan wawasan entrepreneurship berbasis syariah. Paling penting adalah charge keimanan saat pembinaan keIslaman.. saya juga jadi bisa ngembangin bisnis dari arahan mentor.”ujar Irul. 

Permodalan dari ISDP juga dirasakan Irul sangat bermanfaat untuk pengembangan bisnisnya. “permodalan ISDP sangat membantu.. saya bisa membangun kandang khusus budidaya merak dan satu kandang khusus untuk ayam hias variasi jenis pheasant,” ungkapnya.

Ia bersyukur  usahanya  bekembang pesat. Selama dua tahun berjalan, Irul menjual lebih dari 30 jenis unggas dan ayam hias. Mulai dari jenis yang berasal dari luar negeri seperti Bantham Cochin, American Silky, Ayam Polandia  hingga ayam asli Indonesia yang harganya bisa sangat  fantastis seperti Cemani dan berbagai jenis lainnya. 

Semua jenis ayam hias  itu  ia ternakkan di peternakan Ayam Hias Jawa Tengah. “Harganya bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah sepasang,” tuturnya. 

Sudah hampir seluruh wilayah Indonesia pernah menjadi konsumen atau pembeli ayam hiasnya. Irul bahkan sudah melakukan ekspor dan impor walau masih belum skala besar. Beberapa negara di Eropa dan Asia Timur pernah mengimpor  telur-telur ayam hiasnya.   Irul juga pernah mengimpor telur juga dari luar Indonesia.

 Ke depannya, Irul berharap bisnis sosialnya bisa merambah ke ayam petelur dan memberdayakan lebih banyak rumah tangga di Klaten sebagai mitranya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement