REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asmah telah membawa Muslimat NU mampu menunjukkan kekuatannya. Ia adalah orang yang mampu membawa organisasi kewanitaan ini berkembang dan memiliki kekuatan yang sejajar dengan organisasi-organisasi wanita lainnya.
Dalam buku berjudul "50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk Bangsa dan Negara" dijelaskan, keberaniannya dalam mengkritik pemerintahan yang korup tidak disangkal lagi. Ia juga tokoh wanita pemberani dalam menyuarakan Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) pada masanya.
Banyak dari kalangan Muslimat yang menyatakan bahwa model kepemimpinan Asmah sangat luwes, responsif dan sikap yang diambilnya dalam menanggapi berbagai persoalan bangsa berorientasi pada pemahaman fikih dan tradisi keilmuan ulama.
Sebagai organisasi otonom yang berada dalam tubuh NU, sikap ini mungkin wajar. Hampir semua kebijakan Muslimat NU selalu berpedoman pada fatwa ulama syuriah NU. Ketika NU menuntut pembubaran PKI pada 1965, Asmah tampil memimpin demontrasi besar yang diikuti wanita-wanita ibu kota, jauh sebelum muncul kesatuan-kesatuan aksi menuju Kostrad.
Ketua PP Muslimat NU pada masa sesudahnya menyatakan bahwa Asmah adalah tokoh yang pemberani, pemimpin yang pintar dan bijak serta memiliki rasa hormat kepada kawannya yang lebih tua dan mencintai kawan-kawannya yang lebih muda. Keberaniannya dalam dunia politik tidak dipungkiri lagi.
Kekuatan dan kiprahnya sebagai Pimpinan Pusat Muslimat NU tercermin dalam pidatonya pada kongres Muslimat NU ke XII di Yogyakarta. Dalam sambutannya, Asmah menekankan pentingnya peranan wanita dalam perjuangan untuk membangun bangsa.
Dia memberi contoh kepada para wanita untuk bisa bangkit dari kelemahan dan kebodohan. Ia berkaca pada pengalaman-pengalaman wanita di luar Indonesia seperti Benazir Butto sebagai seseorang wanita yang menjabat Perdana Menteri di Pakistan dan Cori Aquino sebagai seorang wanita yang menjabat presiden Filipina.
Asmah juga menekankan akan pentingnya organisasi wanita sebagai wadah aspirasi kaum hawa dalam mengaplikasikan langkah perjuangannya. Kekuatan yang dimilikinya sebagai seorang ketua telah membawa Muslimat NU mampu menyeimbangi kekuatan organisasi wanita lainnya pada masa itu.