Sabtu 21 Dec 2019 11:36 WIB

Ulama Malaysia Imbau Negara Muslim Boikot Produk Cina

Boikot produk Cina menyusul kebijakan Tiongkok atas Uighur.

Rep: Rizky Suryarandika / Red: Nashih Nashrullah
Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, berolahraga di lapangan voli pelataran asrama, Jumat (3/1/2019).
Foto: ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie
Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, berolahraga di lapangan voli pelataran asrama, Jumat (3/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, KUALALUMPUR – Ulama Malaysia, Muhammad Asri bin Zainul Abidin, mengimbau negara Muslim agar secepatnya memulai boikot terhadap produk Tiongkok. Hal itu menyusul kebijakan Cina terhadap etnis Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, Tiongkok.

Asri menilai upaya penahanan terhadap sekitar sejuta etnis Muslim Uighurs sudah keterlaluan. Dia memandang negara Islam harus memberi tekanan pada pemerintah Tiongkok demi mengatasi krisis kemanusian di Xinjiang.

Baca Juga

"Kita harus bertindak lebih jauh untuk boikot produk Tiongkok. Mereka tahu seberapa besar daya beli negara Muslim. Keputusan ini harus diambil oleh negara-negara Muslim," kata Asri dilansir dari Aljazirah, pada Sabtu (21/12).

Pernyataan Asri sekaligus disampaikan dalam pertemuan petinggi negara-negara Muslim di Kuala Lumpur. Dia berharap sekitar dua miliar Muslim di dunia membantu upaya boikut ini agar berpengaruh besar. 

Dengan demikian maka ekonomi Tiongkok bisa terganggu. "Kami harus melakukan sesuatu, karena mereka (Uighurs) adalah saudara dan saudari Muslim," ujar Asri.

Diketahui, kelompok negara Muslim (OIC) telah menjadi sasaran kritik oleh pembela Uighur akibat sikap pasif atas masalah ini. 

Apalagi 14 negara anggota OIC justru bergabung mendukung Tiongkok dalam sidang Dewan HAM PBB. Beruntung ada sekitar 20 negara yang mendukung resolusi PBB atas penahanan massal etnis Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement