REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Panggilan untuk shalat zuhur terdengar dari Masjid Jamia yang terletak di pusat Kota Kashmir. Masjid ini sempat disengketakan pada empat bulan lalu sebelum akhirnya kembali dapat difungsikan bagi ritual ibadah umat Muslim.
Dilansir dari Daily Mail, Rabu (18/12), Masjid Jamia pernah dilarang untuk menyelenggarakan praktik keagamaan di masjid terbesar di wilayah mayoritas Muslim itu. Masjid Jamia di Srinagar ditutup pada 5 Agustus 2019 sebagai bagian dari penguncian keamanan India setelah pemerintah pimpinan nasionalis Hindu Narendra Modi mencabut status semi-otonom Kashmir.
Sekitar 100 jamaah berkumpul di masjid untuk mengucapkan doa siang. "Kami sedang menunggu kondisi membaik dan gerbang masjid dibuka oleh polisi," kata Mufti Ghulam Rasool, yang memimpin shalat harian di masjid.
Masjid Jamia yang berusia berabad-abad itu terbuat dari batu bata dan kayu. Merupakan salah satu masjid tertua di kota ini yang berpenduduk 1,2 juta jiwa atau 96 persen di antaranya adalah Muslim, dan sering menarik ribuan orang untuk shalat di dalamnya.
Adapun Khotbah Jumat di masjid sebagian besar berkisar pada konflik Kashmir yang telah berlangsung beberapa dasawarsa, di mana pemberontak menuntut Kashmir merdeka atau bergabung dengan Pakistan, yang mengelola setengah dari wilayah tersebut. Di lingkungan sekitar, pemrotes melempar batu yang tak sedikit menimbulkan bentrok dengan pasukan pemerintah sebagai bagian dari pemberontakan anti-India yang sedang berlangsung.
"Masjid Jamia adalah simbol dari keyakinan kami," kata seorang pedagang lokal, Bashir Ahmed.
Dia menambahkan, serangan terhadap umat Muslim Kashmir tidak hanya bersifat fisik. Dia menyebut bahwa serangan dari kalangan non-Muslim juga kerap menodai simbol suci keimanan masyarakat Muslim. "Hatiku terbakar selama berbulan-bulan," kata seorang wanita tua yang berkata sambil memeluk salah satu dari 378 pilar kayu di masjid, Ateeqa.
Wilayah Kashmir memang dikuasai India dan sudah menjadi salah satu tempat yang paling termiliterisasi di dunia sebelum pemerintah mulai mengerahkan lebih banyak pasukan pada musim panas lalu. Hal itu termasuk di dalamnya memberlakukan penguncian keamanan, memblokir layanan internet dan telepon, menutup masjid-masjid penting, serta membatasi perakitan dan menangkap ribuan orang.
Di sisi lain di saat kondisi telah mereda, beberapa masjid dan tempat suci Muslim tetap tertutup atau memiliki akses terbatas. Organisasi Kerja sama Islam (OKI) mengangkat kekhawatiran tentang pengekangan India di Kashmir pada Agustus lalu dan menyerukan pihak berwenang untuk memastikan bahwa Muslim Kashmir dapat menggunakan hak-hak agama mereka.