REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menyatakan Muhammadiyah tidak akan mungkin bisa "dibeli" terkait apa yang terjadi pada muslim Uighur. Hal ini dia sampaikan menyusul beredarnya pemberitaan Wall Street Journal soal ormas Islam dalam hal ini Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang diam terhadap kondisi muslim Uighur di China.
"Tidak ada ceritanya Muhammadiyah itu bisa dibeli. Muhammadiyah senantiasa independen dalam tiap pernyataan dan kegiatan-kegiatannya. Bahkan kalau ada yang katakan Muhammadiyah dibiayai ke sana dan kehilangan hati nurani, itu sesuatu yang tidak akan mungkin dilakukan oleh Muhammadiyah," ujar dia saat membuka agenda diskusi di kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Jumat (13/12).
Dalam kesempatan itu, Mu'ti menilai, Wall Street Journal telah mengedarkan berita yang ecek-ecek, murahan, tidak punya dasar, dan tendensius. Dia juga menyebut berita tersebut ditunggangi kepentingan Amerika Serikat (AS).
"Waktu duta besar Amerika Serikat (AS) ke PP Muhamamdiyah, duta besar meminta Muhammadiyah membuat pernyataan soal Uighur, tapi kita katakan bahwa Muhammadiyah punya penilaian sendiri dan kalau menyampaikan sesuatu itu harus didukung oleh data," ungkapnya.
Karena itu, menurut Mu'ti, sikap politik AS dalam beberapa hal sebetulnya merepresentasikan persaingan politik antara Washington dan Beijing. "Dan isu Uighur itu dijadikan sebagai salah satu bagian dari senjata politik Amerika," ujarnya.
Mu'ti juga mengatakan, sikap Muhammadiyah terhadap pelanggaran HAM itu jelas. Siapapun, di manapun, dan kapan pun, yang melanggar HAM, maka Muhammadiyah akan memberi kritik terhadap hal itu. Dengan demikian, ia menegaskan, Muhammadiyah sama sekali tidak mendapat bantuan, tidak dibeli, dan tidak pula dibayar hanya karena kepentingan politik tertentu.
"Apalagi dari negara asing. Kami tegaskan Muhammadiyah akan jernih menyampaikan pandangan-pandangannya sesuai prinsip amar ma'ruf nahi munkar, dan tidak ingin mencampuri urusan politik negara lain. Karena itu, terkait berita Wall Street Journal, itu salah, keliru, sesat dan menyesatkan," katanya.
Muhammadiyah, lanjut Mu'ti, senantiasa istiqamah menyuarakan kebenaran kepada siapapun. "Muhammadiyah berprinsip pada sikap dan posisinya yang independen," imbuhnya.