REPUBLIKA.CO.ID, BENGALURU -- Seiring dengan disahkannya Rancangan Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan di India, pemerintah juga akan semakin memperluas penerapan Pendaftaran Nasional Warga Negara (NRC). Menjelang tes NRC, sejumlah masjid di negara bagian Karnataka dan negara bagian selatan India lainnya membantu warga memperbaiki dokumen dan catatan resmi mereka melalui latihan pembetulan.
Seorang imam masjid di Bengaluru, ibu kota negara bagian Karnataka, mengatakan latihan pembetulan untuk semua orang itu bertujuan menghilangkan kesalahan dan mencapai keseragaman menjelang tes kewarganegaraan atau NRC. "Nama yang benar itu penting. Misalnya, nama seperti Mohammed disebut sebagai Md, Mohd, dan Mohamed dalam catatan pemerintah yang berbeda untuk orang yang sama. Kami ingin menghapus ketidakakuratan ini," kata Imam dan Khatib Masjid Jamia, Maulana Maqsood Imran, dilansir di The New Indian Express, Jumat (13/12).
Ia mengatakan, 1.600 masjid di Karnataka akan mengumumkan soal fasilitas di negara bagian itu terkait konter pembetulan yang dibuka di masjid-masjid. Di Masjid Jamia di Kalasipalam di Bengaluru, lebih dari 1.000 orang memanfaatkan tawaran itu sejak 1 Oktober lalu. Mereka yang datang termasuk beberapa non-Muslim juga.
Imran mengatakan, fasilitas tersebut juga terbuka bagi kaum perempuan. Sementara itu, konter perbaikan juga telah dibuka di negara bagian di India selatan lainnya.
Di antaranya di masjid-masjid di Basavanagudi dan Nayanahalli di kota Bengaluru, masjid di Bijapur, Gulbarga di Karnataka, serta masjid di Nandyal dan Kurnool di Andhra Pradesh dan masjid lainnya di India Selatan. "Saya telah mengunjungi semua masjid di India Selatan dan menjelaskan pentingnya dokumentasi yang akurat," kata Imran.
Selain itu, menurutnya, Masjid Jamia juga membantu mahasiswa tingkat menengah, ITI dan sarjana dari kelompok lembaga Jame-Ul-Uloom memperoleh beasiswa dan mendapatkan dokumen seperti Nomor Rekening Permanen (PAN) dan paspor. Sebagai imam berpengaruh dari Karnataka yang mengelola Masjid Jamia, Imran mengatakan dia ingin mengirim pesan kepada orang-orang dari semua agama bahwa mereka datang ke masjid dan meluruskan catatan mereka dengan satu nama dan tanggal lahir.
Namun demikian, ia membantah latihan ini sebagai reaksi terhadap RUU Kewarganegaraan atau pernyataan Menteri Dalam Negeri yang mengumumkan NRC akan dilaksanakan di seluruh negeri. Menurutnya, banyak warga di Assam yang menghadapi masalah dengan dokumen yang tidak benar.
Ia mengatakan, catatan peluang perbaikan yang ditawarkan oleh pemerintah India seperti Komisi Pemilihan India (ECI) memungkinkan warga memasukkan nama dan mengoreksi informasi pemilih, yang diberikan melalui sebuah konter di masjid. "Saya telah mengunjungi AS sejak 14 tahun terakhir. Di sana tidak ada masalah dalam dokumentasi di AS dan di Eropa, namun hal itu adalah masalah besar di India," katanya.
Selain catatan yang tidak akurat, Imran mengatakan buta huruf adalah masalah utama bagi komunitas Muslim di India. Karena itulah, hal demikian mendorongnya memulai latihan perbaikan, dengan berkonsultasi dengan para cendekiawan lain.
"Jika orang-orang melek huruf, dokumen itu akan tertib," ujarnya.
Ia menambahkan, banyak orang India yang miskin sehingga, mereka kerap tidak memperhatikan soal keakuratan dokumen mereka. Atas dasar itulah, ia merasa masjid-masjid perlu membantu warga memperbaiki dokumen mereka yang tidak akurat.