REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Salah satu hasil rekomendasi Silaturahim Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ke-29 di Universitas Negeri Padang adalah pembentukan Ikatan Cendekiawan Asia Tenggara (ICMA). Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie mengatakan, pembentukan ICMA ini didukung negara-negara Asia Tenggara, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Kamboja, Filipina, Thailand, dan Timor Leste.
Jimly menyebut agenda yang akan dijalankan ICMA ke depan di antaranya bersinergi dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan membangun jaringan kewirausahaan. ICMA nantinya akan menyediakan beasiswa dari tingkat strata 1 (S-1) hingga strata 3 (S-3). Untuk Indonesia, ICMI akan mengajak kampus-kampus dalam negeri menyediakan kuota kepada mahasiswa dari negara-negara Asia Tenggara. Dengan begitu, Indonesia tidak lagi sebatas pencari beasiswa keluar negeri, tetapi menawarkan beasiswa ke mahasiswa dari luar negeri.
Selain itu, jaringan ICMA di Asia Tenggara juga dapat dimanfaatkan untuk penguatan ekonomi umat, yakni dengan memperkuat kewirausahaan. ICMA sebenarnya sudah digagas sejak Silaknas ICMI 2018 lalu di Bandar Lampung. Menurut Jimly, setelah konsepnya dimatangkan, barulah ICMI mantap untuk memutuskan pembentukan ICMA pada Silaknas 2019 di Padang. "Jadi, sekarang kita memperkuat jaringan ke luar, tidak hanya di dalam (negeri) saja," ujar Jimly di kampus UNP, Ahad (8/12).
Selain menggagas ICMA, rekomendasi lain dari Silaknas ICMI adalah mendorong penguatan nasionalisme Indonesia. ICMI, menurut Jimly, melalui struktur organisasi dan jaringan yang dimiliki akan mendorong penguatan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai dari Pancasila sebagai dasar negara. Dengan memperkuat rasa nasionalisme dan pemahaman kepada Pancasila, Jimly yakin Indonesia dapat membangun SDM yang unggul menuju Indonesia Emas 2045.
SDM memang menjadi pembahasan penting dalam Silaknas ke-29 ICMI. "Intinya, SDM itu kuat ipteknya, dalam imtaknya," kata anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ini menegaskan.
Poin lain dari rekomendasi Silaknas ke-29 ICMI ini, menurut Jimly, adalah menekankan kerja produktif, berkebudayaan nusantara, dan terorganisasi. Jimly ingin kelak ICMI terus bermitra dengan pemerintah dalam memperkuat komitmen kebangsaan. ICMI yang berisi banyak kalangan cendekiawan akan meluruskan berbagai persoalan bangsa yang kerap simpang siur di tengah-tengah masyarakat.
Tugas kaum intelektual dan cendekiawan harusnya adalah memberikan pandangan dan pemikiran dengan elegan. Karena itu, ICMI bersama pemerintah menyukseskan pembangunan dengan meningkatkan SDM umat. "Kita punya waktu 26 tahun lagi buat menyongsong Indonesia Emas 2045. Dua puluh enam tahun itu kita betul-betul memperbaiki kualitas dan kuantitas SDA (serta) kualitas dan kuantitas SDM," kata Jimly menegaskan.
Wakil Ketua MPR Zulkifli Hasan berharap ICMI bersama dengan pemerintah membangun negeri untuk jangka panjang. Menurut Zulkifli, ICMI harus mengembangkan konsep pembangunan yang membumi, yakni pembangunan SDM yang dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat banyak. "Saya mengatakan, kita bersama-sama melakukan pembangunan negeri ini. ICMI harus mengembangkan konsep membumi, artinya yang bisa langsung dirasakan oleh publik," kata Zulkifli.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengatakan, saat ini publik sudah tidak percaya lagi dengan jargon dan retorika yang tidak berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat. Hal itu, menurut Zulkifli, dibuktikan pada hasil Pemilu 2019 kemarin.
Dalam Pemilu 2019, menjual isu agama tidak lagi memengaruhi opini dan pendapat rakyat. "Jadi, isu agama, bicara surga-neraka, masyarakat tidak lagi terlalu peduli. Sekarang kebijakan kita berdampak pada kesejahteraan masyarakat atau tidak," ujarnya.
Dengan kondisi seperti itu, pemerintah, parlemen, dan organisasi seperti ICMI harus membuat hal-hal positif yang dampaknya langsung bersentuhan dengan kehidupan rakyat banyak. Zulkifli menyarankan ICMI memberikan sumbangan pemikiran-pemikiran cemerlang kepada DPR, presiden, sampai kementerian demi manfaat besar bagi masyarakat. N febrian fachri, ed: agus raharjo