REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semasa menjadi khalifah, Umar bin Khattab selalu memerintahkan para pejabatnya berlaku lebih bijaksana dan adil. Mereka dituntut memberikan pengabdian dan kasih sayang kepada rakyat.
Dikutip dari buku karya Muhammad Husain Haikal, Umar sang Amirul Mukminin pernah mengirimkan pejabatnya ke orang-orang Arab pedalaman. Kepada mereka Umar berkata, "Perlakukanlah semua orang di tempat kalian itu sama. Yang dekat seperti yang jauh dan yang jauh seperti yang dekat. Hati-hatilah terhadap suap dan menjalankan hukum karena hawa nafsu dan bertindak di waktu marah. Tegakkan dengan benar walaupun sehari hanya sesaat."
Sebagai pemegang pucuk kepemimpinan kaum Muslimin, Umar merasa bertanggung jawab kepada hati nuraninya dan kepada Allah SWT. Dia memiliki beban untuk menegakkan keadilan di segala tempat. Umar merasa ji ka ada pejabatnya di ujung dunia mana pun yang merugikan seseorang maka dialah yang berbuat zalim.
Umar pernah berkata, "Bagaimana kalau saya menempatkan orang yang terbaik yang saya ketahui atas kalian lalu saya perintahkan dia berlaku adil. Su dah kah saya menjalankan tugas saya?" Mereka menjawab: "Ya." Umar segera merespons jawaban mereka, "Tidak. Sebelum saya melihat sendiri pekerjaannya, dia melaksanakan sendiri pekerjaannya, dia melaksanakan apa yang saya perintahkan atau tidak."
Tidak mengherankan jika Umar mengawasi pejabatnya begitu ketat. Kita bisa lihat bagaimana Umar memecat Khalid bin Walid dan upayanya menyelidiki Amr bin Ash. Ketika berada di Syam, Abu Ubaidah dikisahkan sempat memberi kelapangan kepada keluarganya. Setelah Umar mengetahui, penghasilannya di kurangi sehingga raut wajah Abu Ubaidah berubah pucat.
Setiap musim haji, Umar mengumpulkan para pejabatnya di Makkah. Amirul Mukminin bertanya tentang tugas-tugas mereka. Umar pun menginginkan para pejabatnya untuk jeli dalam menjalankan kewajiban.
Tidak hanya itu, Umar menginginkan agar mereka berintegritas. Umar menanyakan bagaima na mereka menggunakan penghasilan untuk diri sendiri dan ke luarganya. Umar pun menghitung kekayaan semua pejabat sebelum dan setelah memangku ja batan. Adakalanya kekayaan itu dirampas sambil mengatakan kepada mereka: "Kami mengirim kalian sebagai pejabat, bukan sebagai pedagang!"
Meski demikian, ketatnya peng awasan Umar tak dimaksudkan untuk merendahkan dan me lemahkan kewibawaan mereka. Para gubernur diberi kekuasaan penuh. Keputusan-keputusan mereka bahkan berlaku sama dengan kekuasaan Umar. Dengan catatan, sepanjang mereka menjalankan keadilan dan berpegang teguh terhadap nilai-nilai Alquran dan Sunnah.
Penduduk Irak pernah me lem pari pemimpin mereka de ngan batu-batu kerikil sebagai simbol penghinaan. Umar pun amat marah. Ia mengingatkan ke pada mereka: "Bersiap-siaplah untuk penduduk Irak karena se tan sudah bertelur dan sudah me ne tas di tengah-tengah mereka."
Umar juga menerima argumen para pejabatnya manakala sesuai dengan akal sehat. Dia pernah datang dengan keledai ke Syam untuk mengunjungi Muawiyyah bin Abi Sufyan yang menyambutnya dalam sebuah pawai besar-besaran. Mu'awiyyah turun dan memberi salam kepada Umar sebagai khalifah. Namun, Umar terus berlalu tanpa membalas salamnya.
Abdurrahman bin Auf pun menegur Umar. "Amirul Mukminin, Anda membuatnya tersinggung. Coba ajak dia bicara! Umar menoleh kepada Mu'awiyyah sambil bertanya, "Anda yang memimpin pawai yang saya lihat itu?" "Ya," jawab Mu'awiyyah. "Anda suka menyembunyikan diri padahal banyak orang yang memerlukan bantuan menunggu anda!" "Ya," jawab Mu'awiyyah. "Mengapa begitu?"
"Karena di negeri ini banyak mata-mata musuh. Kalau kami tidak mengadakan persiapan dan perlengkapan, mereka akan menganggap kami sepele dan akan menyerang kami. Perihal kami tidak menampakkan diri, sebenarnya kami khawatir, dengan berpakaian lusuh, rakyat akan bersikap kurang ajar, padahal saya pejabat tinggi Anda. Kalau Anda meminta saya mengurangi, akan saya kurangi. Kalau Anda menyuruh saya menambah, akan saya tambah. Dan kalau Anda minta hentikan, saya akan hentikan."
Setelah diam sejenak, Umar berkata, "Setiap saya menanyakan sesuatu kepada Anda, anda selalu mendapat jalan keluarnya. Kalau Anda jujur, pendapat itu memang dapat diterima akal. Tetapi, kalau Anda berdusta, maka itu tipu muslihat yang cerdik sekali. Saya tidak memerintahkan dan tidak pula melarang Anda." Umar pun senang ketika m lihat para pejabatnya mencurahkan perhatian demi kepentingan dan kebaikan rakyat. Saat mengangkat Umair bin Sa'd menjadi gubernur Homs, dia menulis: "Da tanglah bersama rampasan perang yang Anda peroleh untuk pasukan Muslimin."
Setelah orang itu datang, ia ditanya apa yang sudah dilakukannya. "Anda mengirim saya sampai di kota itu. Saya me ngum pulkan penduduk yang ba ik-baik dan saya serahkan pe ngumpulan rampasan itu kepada mereka. Sesudah terkumpul, se mua saya letakkan di tempatnya. Kalau masih ada yang dapat di bagi untuk di sini, tentu saya bawa kemari."
Umar pun berkata, "Umair te lah membuat era baru." Di dalam buku Khutbah Na sihat 4 Sahabat Rasulullah SAW karya Thaha Abdullah al-'Afifi, Umar kerap berdoa agar para pejabatnya agar berlaku adil.
Dalam salah satu khutbah Jumat, Umar berkata, "Ya Allah, jadilah saksi atas amir-amirku yang aku tugaskan di berbagai tempat. Se sungguhnya aku mengutus me reka supaya mereka mengajari orang-orang tentang agama dan sunah Nabi mereka. Supaya me reka membagikan harta rampa s an fa'i dengan benar, berlaku adil. Dan apabila ada masalah mengenai amir-amirku tersebut, hendaknya orang-orang melaporkannya kepadaku."
"Wahai manusia. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak meng utus para utusan untuk memukul dan melukai kulit kalian atau mengambil harta kalian. Tetapi, aku mengutus mereka kepada ka li an supaya mereka mengajari kalian tentang agama kalian dan sunah-sunah Nabi kalian. Siapa saja yang menyalahi tugasnya tersebut, hendaknya ada yang melaporkannya kepadaku. Demi Zat yang diri Umar berada dalam kekuasaan-Nya, aku akan meng hukumnya dengan hukuman yang sepadan."