REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Aplikasi video pendek TikTok menyampaikan permohonan maaf kepada penggunanya karena telah menghapus sebuah video yang mengkritik perlakukan Cina terhadap Muslim. Permohonan maaf itu disampaikan TikTok pada Kamis (28/11).
Seperti dilansir South China Morning Post pada Jum'at (29/11), TikTok juga mengatakan telah melakukan pemulihan dalam waktu kurang dari satu jam.
Video kontroversi di aplikasi TikTok itu telah ditonton sebanyak 1,6 juta kali. Video itu muncul saat pemilik TikTok, ByteDance dari Cina menghadapi penyelidikan oleh panel Keamanan Nasional Amerika mengenai penanganan data pribadi.
Dalam video yang diposting pengguna, Feroza Aziz itu mulanya merupakan video tutorial tentang pengeriting bulu mata. Namun, Aziz sambil berbicara tentang bagaimana umat Islam diperlakukan di Cina dan mengatakan dirinya ingin membagikan kepada publik untuk menyadari situasi yang terjadi.
Namun setelah itu, di jejaring Twitter pada Ahad lalu, Aziz mengatakan bahwa akunnya telah diblokir dari TikTok selama sebulan, dan pada Rabu postingannya yang viral itu telah dihapus, namun kemudian dipulihkan kembali.
TikTok dalam situs resminya mengatakan video milik Feroza Aziz itu sempat offline selama 50 menit. "Kami ingin meminta maaf kepada pengguna atas kesalahan kami," kata Kepala Keamanan Aplikasi TikTok, Eric Han.
"Karena kesalahan moderasi manusia, video viral dari 23 November itu telah dihapus. Penting untuk mengklarifikasi bahwa tak ada dalam pedoman kami yang menghalangi konten seperti video ini, dan itu seharusnya itu tidak dihapus," katanya. Sementara itu, pengguna TikTok, Feroza Aziz tak menanggapi untuk memberikan komentar tambahan.
Sementara Kementerian luar negeri Cina mengatakan tak mempunyai rincian tentang kasus itu. Namun Kemenlu Cina menambahkan bahwa mereka meminta perusahaan-perusahan Cina untuk beroperasi dengan cara yang menghormati norma-norma dan hukum internasional serta peraturan setempat.
Kemenlu Cina juga berharap negara-negara terkait juga memberikan lingkungan yang adil dan tidak diskriminatif. TikTok sendiri tak tersedia di Cina namun demikian ByteDance mempunyai versi lokalnya yang disebut Douyin.
Pengguna TikTok, Aziz tak menyebutkan kata Uighur dalam videonya itu namun kemudian dia mengatakan di Twitter bahwa dia merujuk pada kelompok etnis minoritas.
Para pakar dan kelompok hak asasi manusia PBB memperkirakan lebih dari satu juta warga Uighur dan kelompok etnis lainnya ditahan di kamp-kamp di Xinjiang, yang telah memunculkan kecaman internasional.
Cina mengatakan kamp-kamp itu adalah pusat pelatihan kejuruan untuk memberikan keterampilan baru dan membantu mencegah masalah ekstrimisme.
Dalam timeline postingan blognya, TikTok juga mengatakan telah memblokir akun lain yang dibuat oleh Aziz yang mengunggah gambar Osama bin Laden. Gambar itu dinilai melanggar kebijakan kontennya tentang citra teroris. Pada Senin, TikTok memberlakukan larangan perangkat pada akun yang terkait dengan pelanggaran.
Sementara Aziz mengkonfirmasi di Twitter bahwa TikTok telah memulihkan akunnya namun dia mengatakan bahwa video sebelumnya telah dihapus.
"Apakah saya percaya mereka mengambilnya karena video satir yang tidak terkait yang telah dihapus pada akun saya yang sebelumnya dihapus? Tepat setelah saya selesai memposting video tiga bagian tentang Uighur? Tidak, ”kata Aziz dalam Twitternya.