Rabu 27 Nov 2019 05:05 WIB

Signifikansi Targum Onqelos di Kota Yatsrib Era Pra-Islam

Signifikansi Targum Onqelos di Kota Yatsrib Era pra-Islam

Rombongan jamaah haji tiba di Madinah
Foto:

Sejak era pra-Islam, pemahaman teks Torah dengan metode tafwidh dan ta'wil merupakan pola pemahaman yang amat kuno dan amat penting dalam tradisi Yahudi. Hal ini bertujuan agar umat Yahudi tidak terjerumus dalam pemahaman "Tajsim" terutama terkait sesuatu yang "berbicara" mengenai Dzat-Nya. Itulah sebabnya, istilah מימרא (Meimra), lit. "firman" sering kali muncul dan digunakan dalam teks Targum Onqelos sebagai istilah pengganti untuk menggambarkan tangan-Nya dan wajah-Nya. Menariknya, istilah מימרא (Meimra) yang berfungsi untuk mengalihkan makna dari pemahaman "Tajsim" atau pun "Tasybih" tersebut, ternyata berakar dari kata kerja אמר (amar), lit. "perintah" yang merupakan asal-usul dari kata מימרא (Meimra). Istilah ini juga tidak ada kaitannya dengan teologi Kristiani, yakni istilah "ο λόγος" (ho logos) dalam teks Perjanjian Baru berbahasa Yunani, atau pun istilah "ܡܝܠܬܐ" (miltha) dalam teks Peshitta yang dikaitkan sebagai pra-eksistensi Yesus sebagai "Sang Firman."

Pemahaman teks TaNaKH (Torah, Neviem we Khetuvim) dengan menggunakan metode takwil ternyata juga dapat ditemukan pada karya Rabbi Moshe ben Maymon (Rambam) yang ditulisnya dalam bahasa Judeo-Arab. Rambam mengutip teks dari kitab Mazmur Daud dan kemudian beliau menjelaskan teks tersebut berdasarkan metode tafsir Midrash dan takwilnya.

קאל אויה לי כי גרתי משך שכנתי עם אהלי קדר. ואעתברוא תכציצה קדר מן בני ישמעאל לאן משגע תאול אנמא הו בני קדר כמא הו משהור פי נסבה

אגרת תימן

qala oyah li ki garti Meshech shakanti 'im ohalei Qedar (Mizmor 120:5). Wa'tibaru takhshishiha Qedar min bani Yismail li anna mesuga' ta'wilu innama huwa min bani Qedar kama huwa masyhur fi nasabihi. (Iggeret Teyman), lihat karya Abraham S. Halkin. Moses Maimonides' Epistle to Yemen. The Arabic Original and the Three Hebrew Versions. Edited from Manuscripts with Introduction and Notes (New York: American Academy for Jewish Research, 1952), hlm. 94-96

Terjemahan

"(Daud) telah berkata: "Celakalah aku, karena aku bermukim di Mesekh, aku tinggal bersama di tenda kaum Kedar (Mazmur 120:5). Adapun ungkapan kekhususannya adalah Kedar termasuk keturunan Ismail, karena berdasarkan ta'wil bahwasanya lelaki yang mengalami "trans" yang disebut משגע (meshuga') itu ternyata berasal dari keturunan Kedar (bani Kedar) sebagamana masyhur dalam nasab silsilahnya."

Pernyataan RAMBAM dalam suratnya itu amat penting dipahami, karena beliau menggunakan istilah khusus, yakni kosakata תאול (ta'wil) yang mengisyaratkan adanya pentingnya metode takwil dalam memahami nas kitab suci. Ungkapan penggunaan takwil tersebut termaktub pada frase berikut:

תאול אנמא הו בני קדר

(ta'wilu innama huwa min bani Qedar). Artinya: "takwilnya bahwasanya lelaki yang mengalami "trans" itu berasal dari keturunan Kedar atau bani Kedar."

Pernyataan RAMBAM dalam suratnya juga menyebut: "kama huwa masyhur fi nasabihi" ( כמא הו משהור פי נסבה). Hal ini membuktikan bahwa justru dari gramatika bahasa Judeo-Arab (Al-'Arabiyyah al-Yahudiyyah) yg digunakan tsb, hal ini menunjukkan adanya pengakuan aklamasi yang tentu saja berbasis pada catatan Ansab yang dikenal di kalangan Rabbinik. Tarikh Yahudi dan Tarikh Islam, juga tidak pernah ada informasi tentang adanya penolakan bangsa Arab bahwa Muhammad SAW bukan keturunan Ishmael melalui Qedar.

Hal ini bisa dibaca dari karya Tarikh Thabari, beliau menyebutkan adanya daftar silsilah dari 2 jalur, yakni dari jalur Nabit (Nebayot) bin Ismail, dan dari jalur Khaidar (Qedar) bin Ismail. Hal ini sejajar dengan klaim Kristiani yang menyebutkan daftar silsilah Yesus yang juga berasal dari 2 jalur; yakni dari jalur Salomo ben David (Injil Matius 1:6) dan dari jalur Nathan ben David (Injil Lukas 3:31).

Jadi, RAMBAM menyebutkan bahwa ada seorang lelaki dari antara keturunan Ismael, yang nasabnya bersambung kepada Kedar, dan lelaki itu jelas mengklaim dirinya sebagai nabi. Rambam mengutip ayat Tehilim (Mazmur 120: 5), ia kemudian menjelaskannya. "Celakalah aku, bahwa aku hidup bermukim di Mesech, bahwa aku tinggal di antara klan-klan kaum Kedar (Mazmur 120: 5).

Perhatikan bagaimana ayat itu membedakan kaum Kedar dari antara keturunan Ismail lainnya. Hal ini membuktikan karena semua orang tahu bahwa lelaki itu adalah seseorang dari antara orang-orang keturunan Kedar, dan nasabnya memang termasyhur dari antara bani Kedar." Itulah sebabnya di kalangan komunitas Yahudi dan Nasrani, ternyata secara masif identitas lelaki yang bernama Muhammad SAW itu disebut sebagai "Nabi bani Kedar."

Rambam (Rabbi Moshe ben Maimon) lahir di Kordoba pada tahun 1135 CE. Dia (1135 - 1204 CE.) adalah seorang Talmudist, Halachist, dokter, filsuf, dan pemimpin para komentator dari kitab TaNaKH dan Talmud yang dikenal di dunia Yahudi dengan sebutan akronim RAMBAM.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement