Selasa 26 Nov 2019 04:04 WIB

Sudahkah Bekal untuk Akhirat Kita Siapkan?

Hidup di dunia hanya sementara, sebelum melanjutkan perjalanan di akhirat,

Pengetahuan tentang akhirat (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Pengetahuan tentang akhirat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fajar Kurnianto

Hidup di dunia hanya sementara. Dunia sendiri hanya tempat singgah sejenak, tempat kita mengambil bekal, sebelum melanjutkan perjalanan ke alam keabadian di akhirat. Allah memberikan perumpamaan tentang dunia dalam Alquran, Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS al-Kahf [18]: 45)

Sebagai kehidupan sementara, kita diperingatkan untuk tidak menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan akhir, tetapi sebagai tempat kita mengumpulkan bekal berupa iman dan amal saleh. Allah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Dan, orang-orang yang beriman dan mengerjakan keba jikan, mereka itu penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya. (QS al-Baqarah [2]: 82).

Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya' 'Ulumiddin mengatakan, hidup di dunia ibarat suatu kaum yang menaiki sebuah kapal. Di suatu pulau, kapal itu berlabuh. Para awak kapal menyuruh penum pang turun untuk melihat-lihat kondisi pulau tersebut dan se kaligus memenuhi keperluannya. Namun, mereka diliputi kekha watiran tertinggal oleh kapal dan tempatnya diambil alih orang lain.

Sebagian ada yang segera turun dan memenuhi keper luannya, lalu segera kembali ke kapal sehingga mendapatkan tempat yang luas dan masih kosong. Sebagian ada yang terlena menyaksikan panorama pulau itu, sehingga terlambat naik ke kapal dan akibatnya dia pun tidak mendapatkan tempat yang cukup luas untuk dirinya berikut buah tangan yang dibawanya. Karena itu, buah tangannya itu terpaksa dipikul di atas bahunya hingga ke tempat tujuan.

Orang yang menyadari bahwa kehidupan dunia hanya sementara tidak akan tergelincir atau tertipu gemerlapnya. Ia hanya akan mengambil dunia sekadar sarana untuk beribadah kepada Allah dan sarana berbuat kebaikan terhadap sesama dan lingkungan. Ia juga tidak akan rakus dan serakah terhadapnya. Ia juga hanya akan mencarinya dari jalan yang halal, bukan jalan yang sebaliknya.

Ia juga akan terus-menerus bersyukur ketika mendapatkan dunia dan tidak pernah protes atau kecewa ketika tidak mendapatkannya atau saat kehilangan sebagiannya. Banyak orang yang terbuai kehidupan dunia, dan menganggap dunia adalah segala-galanya dan tujuan utama. Akibatnya, mereka berani melanggar dan menerabas aturan yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya demi mendapatkannya.

Mereka menjadi materialis yang hidup hanya untuk mengejar dan memuas kan sisi material jasmani, mengabaikan spiritual atau roha ninya. Rasulullah menggambarkan, Seandainya manusia memiliki dua lembah berisi harta kekayaan, niscaya ia akan meminta lembah ketiga yang berisi itu. Sesungguhnya tidak ada yang memenuhi lambung mereka kecuali tanah. Allah senantiasa mengampuni orang yang bertobat. (HR al-Bukhari). Imam al-Ghazali mewanti-wanti kita perihal dunia.

Ia mengatakan, dunia merupakan musuh Allah dan para wali-Nya. Dunia menjadi musuh Allah karena berbagai keindahan di da lamnya menipu manusia. Hanya orang beriman yang memahami hakikat dunia, sehingga mengetahui bagaimana menyikapi kehidupan di dalamnya. Dunia sejatinya tempat sementara untuk kita berlomba-lomba dalam amal saleh dan membangun ke mas lahatan bagi semua sebagai bekal kita di akhirat nanti. Wallahu a'lam 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement