Rabu 11 Jun 2025 08:10 WIB

Ibadah Haji yang Membebaskan

Ibadah haji seyogianya menjadi kesempatan untuk tobat nasuha.

Ilustrasi haji
Foto: Republika/Daan Yahya
Ilustrasi haji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu ketika, Ibrahim bin Adham menunaikan haji ke Baitullah dengan berjalan kaki. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan seorang Arab Badui yang menaiki unta. Orang Badui itu bertanya, "Wahai kakek, mau kemanakah Engkau?"

Kemudian, Ibrahim menjawab, "Ke Baitullah."

Baca Juga

"Bagaimana bisa sampai ke sana, padahal Anda berjalan kaki dan tidak punya kendaraan?" tanya si Badui.

"Saya punya banyak kendaraan," jawab Ibrahim. 

"Kendaraan apa sajakah itu?" tanya si Badui lagi.

Ibrahim menjawab, "Jika ada kemalangan menimpaku, aku mengendarai ‘sabar’. Jika kenikmatan diberikan kepadaku, aku mengendarai ‘syukur’. Jika ada yang ditakdirkan untukku, aku kendarai ‘kerelaan’. Dan, jika nafsuku mengajak untuk melakukan sesuatu, aku kendarai ‘pengetahuanku’, bahwa apa yang tersisa dari umurku tak lebih banyak dari yang telah kugunakan."

***

Sepenggal kisah di atas sarat pelajaran moral. Sejatinya, ibadah haji merupakan perjalanan demi pembebasan diri dari penjara dunia (status sosial, ekonomi, dan politik), penjara nafsu, dan penjara masa lalu (sejarah) menuju orbit spiritualitas dan otentisitas sebagai hamba.

Haji bukan semata ritualitas fisik yang menguras tenaga, tapi otentisitas cinta Ilahi yang melejitkan kedalaman spiritual dan keluhuran moral. Sebagai pembebas dari penjara dunia, haji harus dimulai, dikawal, dan diparipurnakan dengan kendaraan keikhlasan.

Dan, hanya karena Allahlah mengerjakan haji itu adalah kewajiban manusia, yaitu bagi yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah... (QS Ali Imran [3]: 97). Dan, sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah...  (QS al-Baqarah [2]: 196).

photo
Infografis Apa yang Dilakukan Jamaah Haji Saat Wukuf di Arafah? - (Republika)

Haji yang ikhlas karena Allah semata adalah kunci pembebasan diri dari segala aksesori duniawi. Dalam Alquran, hanya ibadah haji yang redaksi pengwajibannya diawali dan diakhiri dengan kata Lillahi. Jika tidak Lillahi, boleh jadi haji tak berpengaruh apa-apa terhadap kualitas hidup seseorang.

Sebagai pembebas nafsu, haji ibarat proses pembelajaran dan pembekalan hidup bermakna, yakni hidup yang terbebas dari penjajahan nafsu, syahwat, angkara murka, serakah, egoisme, dan sebagainya. Karena itulah, modal pembelajaran yang terbaik untuk perjalanan haji adalah takwa.

 

sumber : Hikmah Republika oleh Muhbib Abdul Wahab
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement